EKBIS.CO, JAKARTA–-PT Pertamina Hulu Energi (PHE) memiliki tiga strategi utama dalam eksplorasi. Aktivitas eksplorasi di wilayah kerja (WK) yang dimiliki Pertamina dilakukan secara masif dan agresif untuk menemukan sumber daya baru sebagai upaya mempertahankan produksi. PHE sebagai Subholding Upstream Pertamina menaungi wilayah kerja hulu Pertamina di Indonesia dan juga luar negeri.
Direktur Eksplorasi Subholding Upstream Pertamina Medy Kurniawan mengatakan tiga strategi utama tersebut antara lain berupa aset WK eksisting sebab kontribusi eksplorasi dibutuhkan dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi migas eksisting. ‘’Selain itu, strategi new ventures di mana Subholding Upstream Pertamina mencari potensi eksplorasi yang baru. Terakhir, strategi partnership untuk sharing risk and cost serta technology and knowledge transfer melalui akselerasi proses kerja sama dan joint bidding domestik serta luar negeri,’’ ujar Medy Senin (25/4/2022) malam.
Eksplorasi masif agresif juga telah ditunjukkan Subholding Upstream Pertamina sehingga sampai Maret 2022 ini telah melakukan pengeboran sebanyak dua sumur yaitu Sungai Gelam Timur-1 (SGET-1) dan Manpatu-1X yang berhasil menemukan sumber daya migas. Bahkan, Subholding Upstream Pertamina juga sedang melakukan pengeboran di Camelia-001, Sungai Rotan-1, BDA-2X, Wiela-001 di wilayah Sumatra dan Phoenix-1 di wilayah Kalimantan dengan rencana sepanjang 2022 akan dilakukan pengeboran sumur eksplorasi sebanyak 29 sumur.
Selain melakukan pengeboran di wilayah kerja eksisting, Subholding Upstream Pertamina juga melakukan kegiatan New Ventures di wilayah terbuka dalam pemenuhan Komitmen Kerja Pasti WK Jambi Merang (KKPJM). ‘’Kegiatan new ventures di wilayah terbuka ini bertujuan mendapatkan wilayah kerja eksplorasi baru untuk mencari potensi giant discovery,’’ tambah Medy.
Menurutnya Inisiasi partnership dengan NOC/IOC melalui Joint Study Agreement (JSA). Fokusnya pada Area of Interest hasil dari KKPJM sementara ini yang sudah ditemukan sebanyak 7 area dari kegiatan 2D seismic sepanjang 32.215 kilo meter (km) dan 5 regional study G&G meliputi dari 123 cekungan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Medy mengatakan dalam melakukan kegiatan eksplorasi, Subholding Upstream menerapkan beberapa teknologi terkini. Teknologi tersebut antara lain 2D Seismic Broadband dengan panjang lintasan lebih dari 30 ribu km yang merupakan Survei Seismic Offshore terpanjang di Asia Pacific selama 10 tahun terakhir.
Teknologi lainnya adalah 2D Vibroseis Acquisition di Subvulkanik Jawa, Pseudo 3D Seismic Reprocessing, dan survey eFTG-FTG atau Full Tensor Gradiometry. Teknologi eFTG (enhanced) ini baru pertama kali digunakan di Indonesia dan dilakukan di wilayah Papua, tepatnya di Kepala Burung, dan survey FTG dilakukan di Akimeugah. ‘’Selain strategi new venture dan partnership di wilayah terbuka, penerapan teknologi tepat guna dibutuhkan dengan tujuan untuk mengurangi subsurface uncertainty sehingga target dapat tercapai,’’ ucap Medy.