Kamis 05 May 2022 10:28 WIB

The Fed Resmi Naikkan Suku Bunga AS 50 Basis Poin

Kebijakan menaikkan suku bunga 50 basis poin yang paling tinggi dilakukan The Fed

Rep: Retno Wulandhari/Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Televisi di New York Stock Exchange menunjukkan Ketua Federal Reserve Jerome Powel. Bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed), mengumumkan pada Rabu (4/5) menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin atau sebesar 0,5 persen sebagai upaya mengendalikan tingginya inflasi. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak 22 tahun terakhir.
Foto:

Pada Maret 2022 kenaikan year on year (yoy) inflasi AS telah mencapai 8,4 persen atau rekor tertinggi dalam 41 tahun terakhir sejak Desember 1981. Sebagai upaya lanjutan, selain kenaikan suku bunga The Fed juga berencana menyusutkan neraca gemuk mereka yang sudah menyentuh sembilan triliun dolar AS mulai 1 Juni 2022 mendatang.

Adapun progres akan dimulai secara bertahap. Pada batas 30 miliar dolar AS per bulan dalam bentuk treasuries dan 17,5 dolar AS miliar per bulan dalam bentuk sekuritas berbasis hipotek pada Juni sampai Agustus 2022.

Pada September batasnya akan dinaikkan menjadi maksimal 60 miliar dolar AS per bulan khusus treasuries dan 35 miliar dolar AS per bulan khusus sekuritas berbasis hipotek.

The Fed menyiratkan jika langkah lebih agresif tersebut tidak jadi ditempuh mengingat sejumlah indikator di luar inflasi masih menunjukkan secercah harapan. "Peningkatan lapangan kerja sangat pesat dalam beberapa bulan terakhir, dan tingkat pengangguran telah turun secara substansial,” tulis The Fed.

Sebenarnya, kenaikan suku bunga 50 basis poin yang akhirnya ditempuh The Fed sejalan dengan konsensus analis dalam beberapa hari belakangan. Akan tetapi, sejumlah pakar menyatakan bahwa kesesuaian tersebut tidak lantas menghapus potensi risiko yang ada termasuk kemungkinan dampaknya terhadap peluang resesi Negeri Paman Sam tahun depan.

"Ini tetap langkah yang cepat, dan sudah sepantasnya membuat konsumen dan pelaku pasar lebih berhati-hati," ujar asisten profesor keuangan Columbia Business School Yiming Ma.

The Fed pun seolah tidak berkilah dari peringatan para pakar tersebut. Dalam pernyataan resmi, mereka membenarkan bahwa saat ini masih ada banyak ketidakpastian.

Dampak perang yang melibatkan Rusia-Ukraina diakui menimbulkan tekanan bagi perekonomian AS. Di samping itu, The Fed juga enggan menutup mata terhadap potensi kedatangan gelombang pandemi susulan seiring kembali terjadinya penularan wabah di China.

 

"Invasi dan kejadian-kejadian terkait menyebabkan tekanan lanjutan terhadap inflasi dan tampaknya memperberat aktivitas ekonomi,” tulis The Fed. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement