EKBIS.CO, JAKARTA -- Produsen air minum Cleo, PT Sariguna Primatirta Tbk, membukukan kinerja positif di sepanjang 2021. Meski masih dalam kondisi pandemi Covid-19, perseroan mampu mencatatkan penjualan bersih Rp 1,10 triliun atau naik 13,5 persen dibanding periode yang sama 2020 sebesar Rp 972,63 miliar.
Dari total tersebut, segmen kemasan botol mencatat pertumbuhan sebesar 17,7 persen dengan realisasi penjualan sebesar Rp 463,72 miliar. Sementara kemasan bukan botol mencatat pertumbuhan sebesar 12,1 persen dengan realisasi penjualan sebesar Rp 615,07 miliar.
Dengan realisasi kinerja tersebut dan didukung dengan efisiensi biaya, Perseroan berhasil membukukan laba bersih pada tahun 2021 sebesar Rp 180,71 miliar. Perolehan ini naik signifikan sebesar 36,1 persen dari laba bersih tahun 2020 sebesar Rp 132,77 miliar.
"Meskipun belum sepenuhnya berhasil mencapai target penjualan bersih yang ditetapkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan tahun 2021, namun perseroan berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih di atas target yang sudah ditetapkan," kata Direktur Utama Perseroan, Belinda Natalia, Sabtu (7/5/2022).
Belinda mengakui perseroan menghadapi tantangan yang tidak mudah di sepanjang 2021. Hal ini karena pada tahun lalu pandemi Covid-19 masih terus berlangsung bahkan terjadi gelombang kedua yang mencapai puncaknya pada pertengahan 2021, sehingga hal ini berdampak pada diterapkan nya PPKM darurat yang menghambat proses pemulihan ekonomi nasional.
Belinda optimistis, industri air minum dalam kemasan (AMDK) memiliki prospek yang positif ke depanya. Industri AMDK di Indonesia merupakan salah satu industri yang menarik karena memiliki pangsa pasar yang cukup besar dari kelompok industri minuman ringan.
Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) optimistis pertumbuhan volume produksi AMDK pada 2022 akan lebih besar dari pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah sebesar 5,2 persen. Industri AMDK diproyeksikan mampu mencapai pertumbuhan sekitar 7 persen pada tahun ini sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi nasional.
Namun demikian, Belinda melihat, pada tahun ini industri AMDK masih menghadapi sejumlah tantangan baru. Tantangan tersebut antara lain kebijakan Pemerintah yang masih membatasi kegiatan masyarakat dan kenaikan bahan baku bijih plastic dan kemasan karton sebagai dampak dari kenaikan harga komoditas global, serta kenaikan biaya pengiriman akibat kelangkaan ketersediaan container secara global.