Microsoft Corp. merilis laporan Work Trend Index tahunan keduanya yang bertajuk Great Expectations: Making Hybrid Work Work. Pada laporan ini, Microsoft memberikan gambaran soal tren kerja di kalangan karyawan Indonesia, khususnya mengenai sistem kerja hybrid.
"Dua tahun terakhir telah mengubah cara kita memaknai pekerjaan dalam kehidupan secara signifikan. Maka dari itu, tantangan bagi setiap organisasi adalah untuk bisa memenuhi ekspektasi para karyawan, sambil menyeimbangkannya dengan pencapaian bisnis di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu," ujar Wahjudi Purnama, Modern Work & Security Business Group Lead Microsoft Indonesia, dalam keterangan tertulis, Rabu (25/5).
Baca Juga: Percepat Penyerapan Anggaran, Menteri Basuki Akan Buka Lapangan Kerja di Kemen-PUPR
Merujuk kepada data khusus Indonesia, laporan Work Trend Index ini mengungkapkan lima tren utama.
Pertama, karyawan memiliki pandangan baru terhadap apa yang dianggap worth it. Sebanyak 48% karyawan di Indonesia mengatakan mereka cenderung lebih memprioritaskan kesehatan dan wellbeing dibandingkan pekerjaan, daripada sebelum pandemi. Great Reshuffle juga belum berakhir. Sekitar 53% gen Z serta milenial di Indonesia memiliki kemungkinan untuk mempertimbangkan pindah kerja pada tahun ini.
Kedua, manajer mengalami dilema antara kepemimpinan dan ekspektasi karyawan. Sebanyak 60% pemimpin di Indonesia mengatakan perusahaan mereka berencana untuk kembali ke mode kerja dari kantor (WFO) secara penuh pada tahun depan, lebih tinggi dibandingkan data global yang berada di 50%. Namun, 66% pekerja di Indonesia lebih mempertimbangkan untuk beralih ke kerja remote atau hybrid.
Ketiga, pemimpin perlu membuat kantor terasa worth to commute. Sebanyak 41% karyawan hybrid di Indonesia mengatakan tantangan terbesar mereka adalah mengetahui kapan dan mengapa mereka harus datang ke kantor, sementara hanya 40% pemimpin telah membuat kesepakatan tim untuk mendefinisikan norma-norma baru ini.
Keempat, pekerjaan yang fleksibel bukan berarti harus "selalu standby". Sebanyak 62% karyawan di Indonesia terbuka untuk menggunakan ruang imersif digital sebagai sarana meeting, lebih tinggi dibandingkan data global yang ada di angka 52%.
Terakhir, membangun kembali social capital yang terlihat berbeda di dunia hybrid. Sebanyak 49% pemimpin di Indonesia mengatakan membangun hubungan adalah tantangan terbesar dalam era kerja hybrid. Selain itu, 65% pekerja pandemi di Indonesia sedang mempertimbangkan untuk berganti perusahaan pada tahun depan, dibandingkan 56% secara global.
"Fleksibilitas dan wellbeing telah menjadi hal yang tidak bisa kita kompromikan. Dengan menyambut dan beradaptasi terhadap ekspektasi baru tersebut, organisasi justru dapat menyiapkan setiap karyawan dan bisnisnya untuk meraih kesuksesan jangka panjang," tutur Wahjudi.