EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi harga minyak mentah dunia mulai melandai pada tahun depan. Hal ini sejalan penyelesaian konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta prospek kinerja ekonomi global di Amerika dan China.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan berbagai proyeksi lembaga internasional terkait harga minyak mentah global pada tahun depan masih relatif tinggi, sehingga berdampak positif terhadap keseimbangan supply dan demand minyak.
“Kami sepakat bahwa faktor ketidakpastian masih sangat tinggi, khususnya terkait penyelesaian konflik geopolitik serta prospek kinerja ekonomi global di AS dan RRT, yang pasti berikan dampak keseimbangan supply demand minyak pada 2023," ujarnya saat rapat paripurna DPR, Selasa (31/5/2022)
Sri Mulyani juga memastikan, pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga kesehatan fiskal serta mengoptimalkan peran APBN sebagai bantalan disaat menghadapi guncangan atau shock absorber. Maka itu, APBN dipastikan akan dirancang secara hati-hati dan fleksibel.
“Prospek penyelesaian konflik geopolitik dapat mengubah peta perdagangan komoditas energi dunia secara sangat signifikan. Demikian juga prospek kinerja ekonomi, terutama di AS, Eropa dan China," ucapnya.
Dalam RAPBN 2023, pemerintah mematok harga minyak Indonesia kisaran 80 sampai 100 dolar AS per barel dan lifting minyak bumi mencapai 619.000 sampai 680.000 barel per hari dan lifting gas 1,02 juta hingga 1,11 juta barel.
“Pemerintah terus monitor perkembangan pasar minyak mentah global jadi proyeksi ICP dapat dikalkulasi secara kredibel," pungkasnya.
sementara itu, harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi. Para pemimpin Uni Eropa mengatakan mereka telah sepakat untuk memotong 90 persen impor minyak dari Rusia pada akhir tahun ini.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli, yang akan berakhir pada Selasa, naik 63 sen menjadi diperdagangkan di 122,30 dolar AS per barel pada pukul 00.12 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan pada 117,65 dolar AS per barel, terangkat 2,58 dolar AS dari penutupan Jumat (27/5/2022).
Larangan minyak Rusia diperkirakan akan memperketat pasar minyak mentah global yang telah menghadapi kendala pasokan di tengah pemulihan permintaan pasca-pandemi.