EKBIS.CO, JAKARTA -- PT INKA (Persero) siap menambah jumlah armada bus listrik atau e-Inobus untuk kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Senior Manager TJSL & Stakeholder Relationship PT INKA (Persero) Bambang Ramadhiarto INKA bersama PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan Ratu Boko (Persero) atau TWC dan Perum Damri telah melaksanakan uji coba operasi satu unit bis listrik untuk mengetahui minat masyarakat menggunakan bus listrik di Borobudur.
Hal ini dilakukan dalam kegiatan showcase atau pameran Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) dan Peresmian Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan di Candi Borobudur pada Sabtu (4/6).
"Bila minat masyarakat cukup besar, harapannya akan ditambah baik jumlah maupun waktu operasi sesuai kebutuhan untuk melayani masyarakat," ujar Bambang kepada Republika.co.id, Senin (6/6/2022).
Bambang menyampaikan, pengembangan bus listrik selaras dengan komitmen perusahaan dalam menyukseskan Program Daerah Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dengan memanfaatkan kendaraan energi terbarukan yakni kendaraan listrik.
"Tujuan INKA dalam pengembangan bus listrik untuk menyongsong green environment dengan pengurangan emisi karobon di pengurangan emisi karbon di Indonesia dan seluruh dunia dan untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri," sambung Bambang.
Bambang menyampaikan, Candi Borobudur menjadi percontohan pembangunan SPKLU dan operasional e-Inobus INKA. Hal ini merupakan keputusan bersama dalam rapat koordinasi antara INKA, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat), Perum Damri, TWC dan Badan Otorita Borobudur, pada Februari 2022.
"Uji operasi e-Inobus di Candi Borobudur, menunjukkan komitmen INKA mendukung pemerintah untuk melakukan peralihan kendaraan dari moda transportasi berbahan bakar fosil ke kendaraan bertenaga listrik atau baterai sekaligus mensukseskan agenda KTT G20 di Indonesia," ucap dia.
Selain di Candi Borobudur, lanjut Bambang, INKA sedang memproduksi 30 bus listrik untuk digunakan pada G20. Bambang menambahkan, pengembangan bus listrik juga masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti belum terbentuknya ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri, belum adanya dukungan yang bersifat khusus untuk kendaraan umum listrik dari perbankan dan lembaga keuangan. Selain itu, sambung Bambang, PO atau operator bus pun belum cukup mampu untuk membeli bus listrik yabg harganya lebih mahal dari bus konvensional.
"INKA mencoba untuk menjual bus listrik dengan skema rupiah per kilometer sehingga harapannya dapat menjadikan solusi bagi mereka," kata Bambang menambahkan.