Selasa 07 Jun 2022 14:41 WIB

Bulog Jajaki Kerja Sama dengan Produsen Buat Distribusi Migor Curah DMO

Produsen migor meminta distribusi migOr curah diserahkan ke BUMN.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi minyak goreng curah.
Foto: Republika
Ilustrasi minyak goreng curah.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Perum Bulog menyatakan tengah dalam tahap penjajakan kerja sama dengan sejumlah produsen swasta untuk menjadi distributor minyak goreng curah. Bulog menyatakan siap menyusul Holding BUMN Pangan, ID Food yang telah lebih dulu menjadi distributor.

Direktur Supply Chain Bulog, Mokhamad Suyamto, mengatakan, pihaknya telah memenuhi syarat menjadi untuk Pelaku Usaha Jaringan Logistik dan Eceran (PUJLE) atau distributor yang ditetapkan pemerintah. Syarat itu mengenai kesiapan aplikasi digital yang digunakan dalam memantau penjualan minyak goreng yang akan didistribusikan ke pengecer.

Baca Juga

"Aplikasi digital sebagai salah satu persyaratan sebagai PUJLE sudah kami siapkan dengan nama Bumina (Bulog Minyak Nabati)," kata Suyamto kepada Republika.co.id, Selasa (7/6/2022).

Lebih lanjut, ia mengatakan, hingga saat ini pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan beberapa perusahaan produsen minyak goreng yang akan menyuplai pasokan ke Bulog. Adapun, Bulog akan menjual minyak goreng curah itu tak hanya melalui pengecer umum, namun juga lewat outlet Rumah Pangan Kita (RPK) maupun menjual langsung ke masyarakat seharga Rp 14 ribu per liter.

Suyamto menjelaskan, pola pendistribusian akan dilakukan secara langsung sejak dari pengambilan ke produsen dan penjualan pengecer. Dengan begitu, Bulog tidak perlu menumpuk pasokan di gudang terlebih dahulu sehingga biaya logistik dapat lebih efisien. Di sisi lain, meminimalisasi susut minyak goreng.

Meski demikian, Suyamto belum dapat memastikan kapan akan resminya Bulog menjadi pihak distributor. "Kami terus koordinasikan dengan Kementerian Perdagangan," kata Suyamto.

Produsen minyak goreng sebelumnya meminta agar distribusi minyak goreng (migor) curah hasil domestic market obligation (DMO) dikuasai oleh Badan Usaha Milik Negara. Pasalnya, pendistribusian minyak goreng hasil DMO dinilai kurang menarik bagi swasta lantaran untung yang kecil.

Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, menjelaskan, para produsen migor telah mendapatkan pasokan minyak sawit hasil DMO dari produsen di hulu dengan harga Rp 9.500 per liter. Harga tersebut jauh di bawah rata-rata harga CPO internasional yang lebih dari Rp 15 ribu per liter.

Selanjutnya, produksi migor curah itu didistribusikan olehPUJLE dan bertanggung jawab agar harga di tingkat konsumen tercapai sesuai HET Rp 14 ribu per liter atau Rp 15.500 per kilogram (kg). Menurut Sahat, sistem tersebut lebih mempermudah pencapaian target pemerintah.

"Hanya saja, berapa banyak perusahaan yang sudah menjadi PUJLE? Itu baru satu, ID Food (Holding BUMN Pangan), padahal Indonesia ini luas. Jadi kita pikir kapan ini bisa mulai berlangsung?" kata Sahat.

Sahat pun mendorong agar Bulog yang juga merupakan BUMN turut menjadi distributor bersama ID Food. Dengan ditambahnya BUMN sebagau PUJLE, penyaluran akan semakin luas dan BUMN dapat menguasai pendistribusian migor curah hasil DMO di dalam negeri setidaknya 85 persen dari total kebutuhan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement