EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meyakini, tanaman pangan sorgum memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara industri. Sebab sebagai sumber pangan sehat, kata dia, tanaman yang di Jawa dikenal dengan nama Cantel ini, bisa menjadi pengganti gandum, penghasil gula, energi bio diesel hingga digunakan sebagai pakan ternak.
Menurut Moeldoko, sorgum dapat menjadi solusi food security di tengah tantangan perubahan iklim dan game changer perang Ukraina Rusia. Sayangnya, lanjut dia, selama ini sorgum masih dikelola secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan pangan rumahan saja.
“Akibatnya petani juga enggan untuk menanam dan mengembangkannya. Padahal sorgum punya edit value besar jika kita benar-benar mengelolanya,” ujar Moeldoko, dikutip dari siaran pers KSP pada Jumat (10/6/2022).
Moeldoko pun mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir tradisional pengelolaan sorgum menjadi pola pikir daya saing. Ia menilai, kehadiran Presiden Joko Widodo pada panen sorgum di Waingapu Sumba Timur NTT, Kamis (2/6) lalu, telah menggugah kesadaran semua pihak akan pentingnya sorgum sebagai alternatif bahan pangan yang harus dikembangkan dan diangkat menjadi makanan gaya hidup sehat.
“Presiden telah bangkitkan kembali budidaya sorgum, dan tentu ini membangun awareness semua pihak untuk sama-sama memikirkan bagaiman sorgum tidak hanya akan memperkuat cadangan pangan nasional, tapi juga menjadi komoditas layak jual di pasar global,” kata Moeldoko.
Saat ini, kata dia, pemerintah perlu memikirkan bagaimana membangun Industri sorgum agar petani memiliki semangat untuk menanam. “Petani sorgum harus bertani untuk kehidupan. Ini kuncinya,” ucapnya.
Seperti diketahui, pada saat melakukan penanaman bibit dan meninjau panen sorgum di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (2/6), Presiden Joko Widodo mencanangkan sorgum sebagai alternatif pangan bagi masyarakat.
Presiden menilai, diversifikasi dan alternatif pangan diperlukan dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia di masa sekarang dan akan datang. Peringatan akan krisis pangan ini sudah disampaikan oleh Badan Pangan Dunia atau FAO dan juga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).