EKBIS.CO, JAKARTA -- Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) menyampaikan, pasokan bawang merah diharapkan kembali normal mulai pertengahan Juli 2022. Sentra-sentra bawang merah di wilayah Jawa akan memulai masa panen raya sehingga pasokan diyakini akan melimpah.
Ketua Umum ABMI, Juwari, mengatakan, di sentra Brebes, Jawa Tengah, saja kemungkinan luasan panen bawang merah mencapai lebih dari 10 ribu hektare (ha) dengan produktivitas normal 9-10 ton per hektare (ha). Jumlah itu, kata Juwari, belum ditambah dari wilayah sentra lainnya di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Kalau pasokan sudah normal harga akan turun. Sementara ini, kita akan memasok ke wilayah Jabodetabek melalui Toko Tani Indonesia, harga petani itu kita jual Rp 41 ribu sampai Rp 42 ribu per kilogram," kata Juwari kepada Republika.co.id, Senin (20/6/2022).
Juwari mengatakan, pasokan bawang merah saat ini sejatinya tidak begitu langka. Hanya saja memang terdapat penurunan produksi akibat cuaca buruk yang tidak biasa terjadi. Itu menyebabkan munculnya organisme penganggu tanaman (OPT) yang menurunkan produktivitas hingga hanya 5 ton-6 ton per ha.
Di satu sisi, sejak bulan lalu tercatat adanya kenaikan permintaan berkisar Rp 40 persen dari tahun sebelumnya. Hal itu terjadi karena adanya pelonggaran PPKM yang dilakukan pemerintah sehingga aktivitas dan konsumsi masyarakat meningkat. Dua faktor itu yang membuat kenaikan harga hingga ke tingkat konsumen.
Saat ini, rata-rata harga bawang merah di konsumen sudah lebih dari Rp 50 ribu per kg dari sebelumnya di kisaran Rp 30 ribu per kg.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksi lonjakan harga komoditas cabai dan bawang merah kemungkinan akan mulai mereda pada akhir Juli mendatang. Faktor cuaca, khususnya curah hujan tinggi sangat menentukan kualitas panen yang berdampak langsung pada volume produksi.
Direktur Bahan Pokok dan Penting, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Isy Karim, mengatakan, berdasarkan prakiraan BMKG pada akhir Juni hingga awal Juli masih terdapat peluang hujan cukup tinggi. Terutama di wilayah sentra penghasil cabai dan bawang di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dengan kata lain, klimaks harga kemungkinan akan cenderung bertahan. "Berdasarkan data dan komunikasi intensif dengan Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia, kami memprediksi tren penurunan akan mulai terjadi di akhir Juli," kata Isy Karim.
Ia menyampaikan, kenaikan harga sulit dihindari. Mengingat, sifa komoditas cabai dan bawang yang mudah rusak dan preferensi konsumen yang dominan pada produk segar.
Dalam jangka panjang, Kemendag terus mendorong pergeseran preferensi produk olahan yang lebih tahan lama dan pemanfaatan teknologi penyimpanan."Dalam jangka pendek, upaya pendistribusian cabai dari sentra produksi lain seperti dari Wajo, Sulawesi Selatan ke Jabodetabek dengan biaya logistik ditanggung pemerintah telah dilakukan oleh Badan Pangan Nasional. Upaya ini diharapkan dapat menahan laju kenaikan harga cabai," ujarnya.