Jumat 01 Jul 2022 11:40 WIB

Asosiasi Petani Harap Pemerintah Atur Ulang Penetapan Harga TBS

Petani mengaku kesulitan karena harga TBS terus turun.

Red: Nidia Zuraya
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit (ilustrasi). Asosiasi petani kelapa sawit berharap pemerintah mengatur ulang penetapan harga tandan buah segar (TBS) yang akan dibeli oleh pabrik kelapa sawit kepada petani agar bisa sesuai dengan perhitungan biaya produksi yang meningkat sekarang ini.
Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit (ilustrasi). Asosiasi petani kelapa sawit berharap pemerintah mengatur ulang penetapan harga tandan buah segar (TBS) yang akan dibeli oleh pabrik kelapa sawit kepada petani agar bisa sesuai dengan perhitungan biaya produksi yang meningkat sekarang ini.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Asosiasi petani kelapa sawit berharap pemerintah mengatur ulang penetapan harga tandan buah segar (TBS) yang akan dibeli oleh pabrik kelapa sawit kepada petani agar bisa sesuai dengan perhitungan biaya produksi yang meningkat sekarang ini.

Ketua Umum Persatuan Organisasi Petani Sawit Indonesia (Popsi) Pahala Sibuea dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (1/7/2022), mengatakan saat ini petani sawit mengalami kesulitan karena tingginya harga pupuk dan jatuhnya harga TBS dikarenakan permintaan dari produsen minyak goreng yang menurun.

Baca Juga

"Sekarang petani sangat dalam kesulitan untuk mempertahankan kebun dan kehidupannya karena harga TBS terus turun di bawah Rp 1.000 per kilogram, di beberapa tempat bahkan sampai Rp 400 per kilogram, dengan harga TBS sekarang ini petani sangat sulit untuk bertahan," kata Pahala.

Pahala menyebutkan saat ini banyak Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang tidak lagi mengolah TBS akibat tangki CPO penuh, yang berdampak beberapa TBS petani tidak terbeli.Menurut dia, pernyataan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang mengatakan pabrik kelapa sawit diharuskan membeli TBS dari petani minimal Rp1.600 per kilogram dinilai masih belum cukup ideal.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Perjuangan Alvian Arahmanjuga menyebutkan pembelian TBS idealnya pada harga Rp 3.000 per kilogram, dilihat dari harga CPO saat ini dan harga pupuk yang masih tinggi. Dia menyebutkan harga TBS di Malaysia harga TBS petani RM 880 per kilogram, atau sekira Rp3.000 per kilogram.

Menurut dia, pemerintah saat ini juga perlu mengevaluasi kembali pajak ekspor CPO dan pajak bea keluar yang dinilainya sangat tinggi yaitu sampai 600 dolar AS per ton. "Artinya contoh kalau harga CPO 1.100 dolar AS per ton, maka pungutan sekitar 600 dolar AS, artinya ini sekitar 50 persen untuk pungutan saja," kata dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Organisasi dan Anggota Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Sabarudin berharap Menteri Perdagangan Zulkifli Hasanbisa mempermudah ekspor CPO. Dia mengatakan saat ini banyak pabrik yang tutup dan tidak membeli TBS petani karena tangki penuh yang mengakibatkan harga TBS petani turun drastis. "Catatan kami di 10 provinsi wilayah anggota SPKS berkisar harga TBS saat ini Rp500 sampai Rp1.070 per kilogram," katanya.

Dia memperhitungkan dampak penurunan harga TBS tersebut menyebabkan petani sawit merugi sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per hektare per bulan. "Kami juga menerima laporan dari anggota kami misalnya di Kabupaten Paser Kalimantan Timur dan Kabupaten Rokan Hulu Riau petani sawit sudah tidak panen karena kalau panen saat ini sudah tidak menutupi biayaproduksi, harga TBS di bawah Rp 1.000 per kilogram, sementara untuk harga pokok produksi itu sudah diatas Rp2.000 per kilogram," paparnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebutkan bahwa perusahaan produsen minyak goreng untuk membeli TBS kelapa sawit dari petani minimal Rp 1.600 per kilogram. Dia mengatakan penetapan harga tersebut bersifat jangka pendek, sementara penetapan harga TBS akan naik menjadi Rp 3.000 per kilogram dalam jangka menengah.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement