EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mencatat realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mengalami surplus sebesar Rp 73,6 triliun pada semester I 2022. Adapun realisasi ini setara 0,39 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan defisit yang turun drastis menggambarkan APBN menjadi relatif lebih sehat dan kuat. Hal itu sesuai dengan strategi menghadapi kondisi yang sedang rentan, terutama sektor keuangan global dan kenaikan suku bunga.
“Jadi cerita pemulihan ekonomi dan commodity boom sangat mendominasi pendapatan negara kita, meski sudah kita revisi targetnya, tapi tetap ada kenaikan yang sangat kuat,” ujarnya saat Rapat Kerja dengan Badan Anggaran, Jumat (1/7/2022).
Menurutnya realisasi pendapatan negara pada semester I 2022 sebesar Rp 1.317,2 triliun atau 58,1 persen dari target Perpres 98/2022, atau tumbuh 48,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jika dirincikan, realisasi penerimaan pajak semester I 2022 sebesar Rp 868,3 triliun atau 58,5 persen dari target Perpres 98/2022 atau tumbuh 55,7 persen dibandingkan semester I 2021.
Sejalan dengan itu, realisasi kepabeanan dan cukai sebesar Rp 167,7 triliun atau 56,1 persen dari target Perpres 98/2022, tumbuh 37,2 persen dari tahun lalu. Adapun realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga mengalami kenaikan sebesar 35,8 persen secara tahunan menjadi Rp 281 triliun atau 58,3 persen dari target Perpres 98/2022.
Dari sisi lain, realisasi belanja negara pada semester I 2022 tercatat sebesar Rp 1.243,6 triliun atau 40 persen dari target Perpres 98/2022 atau tumbuh 6,3 persen dibandingkan tahun lalu.
Menurutnya jika melihat perkembangan tersebut, terjadi perubahan yang sangat besar pada postur APBN 2022. Defisit yang awalnya diperkirakan mencapai 4,85 persen akan turun ke level 3,92 persen pada akhir 2022.
“Ini berarti APBN kita defisitnya lebih rendah, merespons kondisi yang sekarang sangat volatile di sektor keuangan,” ucapnya.
Demikian pula, dengan target nilai defisit keseluruhan tahun 2022 yang diturunkan dari Rp 868 triliun menjadi Rp 840,2 triliun.
Dia mengungkapkan penurunan target tersebut berarti defisit APBN lebih rendah merespons kondisi yang sedang sangat volatil sektor keuangan. Adanya surplus tersebut, realisasi pembiayaan anggaran hingga semester I 2022 sebesar Rp 153,5 triliun atau turun 63,5 persen dari semester I 2021 dan merupakan 18,3 persen dari target Rp 840,2 triliun.
Secara rinci, pembiayaan anggaran terdiri dari pembiayaan utang senilai Rp 191,9 triliun, pembiayaan investasi minus Rp 40,4 triliun, pemberian pinjaman sebesar Rp 1,6 triliun, dan pembiayaan lainnya sebesar Rp 500 miliar.
"Pembiayaan anggaran kami coba dijaga lebih rendah karena cost of fund lebih tinggi dan pasar menjadi lebih volatil sehingga kami menerbitkan utang jauh lebih rendah," ucapnya.
Sri Mulyani juga menyebut masih terdapat pula sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) senilai Rp 227,1 triliun pada semester I 2022, serta keseimbangan primer sebesar Rp 259,7 triliun.