EKBIS.CO, BANDUNG -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan BUMN berkomitmen mendorong pengembangan UMKM melalui tiga hal yaitu pembiayaan, pendampingan, dan pasar. Oleh karena itu, Erick pun telah melakukan refocusing bisnis bank-bank pelat merah atau Himbara.
"Dulu BRI waktu pertama saya masuk itu bukan bank rakyat, tapi malah bank korporasi besar yang mana 80 persen pinjamannya untuk korporasi," ujar Erick saat silaturahmi akbar alumni Universitas Padjadjaran (Unpad) dengan tema "Mendorong Pertumbuhan UMKM Melalui Kolaborasi" di Graha Sanusi Hardjadinata, Unpad, Bandung, Jawa Barat, Ahad (3/7).
Erick pun meminta direksi dan komisaris BRI mengubah fokus bisnis dengan memprioritaskan terhadap pembiayaan untuk UMKM dan rakyat. Dalam waktu dua setengah tahun, mantan Presiden Inter Milan tersebut, berhasil mengembalikan proporsi pembiayaan BRI dengan 85 persen kepada UMKM.
"BRI berfokus kepada ultra mikro dan UMKM hingga ke pelosok negeri. Total sudah ada 2,3 juta UMKM binaan dan 14.584 klaster binaan, dan penyaluran KUR sebesar Rp 88,9 triliun," ucap Erick.
Tak berhenti di situ, Erick juga mendorong kemudahan akses permodalan UMKM dan ultra mikro dengan membentuk holding BUMN ultra mikro yang digawangi BRI, Pegadaian, PNM. Erick menilai holding ultra mikro sebagai lokomotif bagi ekosistem UMKM dan ultra mikro.
Dalam holding tersebut, PNM memfasilitasi nasabah dengan pinjaman sebesar Rp 1 juta hingga Rp 4 juta, dan PNM plus dengan pinjaman sebesar Rp 10 juta. Kemudian, Pegadaian siap memberikan pinjaman dengan nominal Rp 50 juta hingga Rp 100 juta, dan BRI untuk pinjaman di atas Rp 100 juta.
Erick mengatakan keberpihakan terhadap UMKM menjadi prioritas mengingat tolok ukur pembiayaan UMKM Indonesia masih 20 persen atau tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand yang sudah mencapai 50 persen. Erick mengatakan kontribusi KUR Himbara terhadap KUR nasional mancapai 92,4 persen atau Rp 260 triliun dari total KUR yang sebessr Rp 282 triliun.
"Sekarang kita dorong, kalau kita lihat KUR yang tahun kemarin Rp 260 triliun sekarang kita dorong ke Rp 338 triliun, artinya kita bertahap menargetkan sampai 30 persen dan terus naik ke 50 persen seperti negara tetangga," lanjut Erick.
Erick juga menugaskan Bank Mandiri untuk menggarap korporasi dan UMKM yang ada di perkotaan. Erick memproyeksikan 73 persen penduduk Indonesia akan tinggal di wilayah perkotaan pada 2045. Sejauh ini, lanjut Erick, Mandiri memiliki 18.896 total UMKM binaan di perkotaan, 13.658 UMKM Go Modern, 1.830 UMKM Go Digital 3.408 UMKM Go Online, dan jumlah outstanding kredit korporasi mencapai Rp 549,8 triliun. Kata Erick, Bank Mandiri telah melakukan sejumlah pendekatan dengan usaha warung-warung yang ada di perkotaan
"Saya meminta Bank Mandiri selain melakukan pendanaan pembiayaan juga ada pendampingan, supaya mereka mendapat akses makanan atau produk-produk yang akan diolah dengan kualitas yang baik dengan standar yang baik. Jangan karena keterbatasan dana mereka membeli bahan baku dengan kualitas yang rendah," sambung Erick.
Untuk BNI, Erick meminta fokus kepada diaspora, pekerja migran, dan ekspor. Erick menyebut saat ini terdapat 29 perusahaan diaspora UMKM binaan kantor cabang luar negeri (KCLN), 52 debitur untuk realisasi loan diaspora dengan jumlah pembiayaan 1.099 miliar dolar AS, jumlah eksportir sebanyak 312 debitur dengan Letter of Credit atau Documentary Collection.
"BNI sekarang menjadi bank internasional Indonesia yang fokus menggarap pekerja migran," ujar Erick.
Erick mengatakan BNI memiliki kekuatan besar dalam menggarap pasar luar negeri lantaran memiliki cukup banyak kantor cabang, mulai dari Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, Belanda, hingga Amerika Serikat. Tak hanya memfasilitasi para diaspora yang ingin memperluas usaha, Erick juga menilai BNI dapat menjadi mitra yang tepat bagi para pekerja migran Indonesia di luar negeri.
"Pekerja migran kalau sudah mendapat kontrak tidak perlu lagi menggadaikan rumahnya atau lahannya ke tadi lintah darat, cukup menunjukkan ke BNI akan pinjamkan tanpa agunan sampai Rp 40 juta, supaya ketika mereka pulang bisa punya opsional, apakah mau jadi profesional atau jadi pengusaha," ucap Erick.
Selain itu, ucap Erick, BS berfokus pada pengembangan ekosistem muslimpreneur. Erick mengatakan saat ini sudah ada kerja sama ekonomi umat bersama 637 ponpes dengan nominal Rp 178,6 miliar, penyaluran sebesar Rp 11 miliar dalam kerja sama Pertashop dengan 36 Ponpes, ekosistem digital dengan 176 pesantren dan 3.846 masjid, serta 58 Bank Wakaf Mikro dengan total penempatan dana abadi sejumlah Rp 174 miliar.
Selain memberikan pembiayaan dan pendampingan, Erick katakan, BUMN juga menyiapkan tempat untuk UMKM kreatif dan jenama lokal dengan memanfaatkan aset BUMN yang tidak teroptimalisasi, seperti Pos Bloc (Pos Properti), yang bertujuan sebagai ruang kreatif yang inklusif di Jakarta, dan segera menyusul di Bandung.
"Saya percaya UMKM ini adalah detak jantung perekonomian Indonesia. Tidak mungkin Indonesia bisa menjadi negara maju, jika UMKMnya tidak maju. Kita juga tidak ingin Indonesia maju tapi didominasi produk asing. Ini sudah saatnya kita betul-betul melakukan aksi nyata untuk membangun ekosistem UMKM kita," kata Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah tersebut.
Erick berharap IKA Unpad dapat terus bergerak aktif bersama BUMN untuk mendorong UMKM naik kelas demi Indonesia yang maju, makmur, dan mendunia.