EKBIS.CO, BANDUNG -- Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi memprediksikan terjadinya peralihan dari konsumen BBM dan LPG Nonsubsidi ke subsidi, menyusul terjadinya kenaikan harga yang dinilai cukup mendadak. Imbas dari kenaikan BBM nonsubsidi ini, kata dia, dapat membuat semakin banyak kelompok masyarakat perekonomian menengah ke atas yang bermigrasi ke BBM subsidi.
Dia juga menduga, saat ini 80 persen BBM subsidi masih dinikmati oleh sekitar 60 persen warga mampu. “Padahal kan kita tahu pembatasan BBM bersubsidi yang sekarang lagi diuji coba dengan aplikasi MyPertamina itu karena ada 20 persen kelompok masyarakat yang sebelumnya mengonsumsi Pertamax itu beralih ke Pertalite, karena harga Pertamax yang terlalu tinggi,” ungkapnya.
Sales Branch Manager Rayon I Bandung PT Pertamina Warih Wibowo mengatakan, untuk mengantisipasi terjadinya penurunan konsumen BBM maupun LPG nonsubsidi, Pertamina telah menyiapkan beberapa cara, antara lain dengan meningkatkan kesadaran konsumen tentang kualitas dari produk-produk yang disebut sebagai Top Tier Pertamina itu. Dia juga mengklaim bahwa konsumen-konsumen produk unggulan tersebut merupakan pelanggan setia yang dia anggap akan menerima keputusan ini dengan bijak.
“(Penurunan konsumen) selama beberapa hari ini memang belum terlihat, tapi mengingat produk yang naik harga adalah top tier kita yak, dan segmen konsumennya termasuk yang loyal customer,” kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (13/7/2022).
“Beberapa yang kita lakukan antara lain meningkatkan awareness produk top tier kita, jadi konsumen terkait makin paham. Tentunya dengan penggunaan aplikasi MyPertamina, pembelian Pertamax Turbo dan Pertamax Dex ini akan lebih banyak benefit, salah satunya poin yang didapat akan lebih besar,” ujarnya.
Dia juga mengatakan, Pertamina akan berupaya meningkatkan pengawasan dan layanan di seluruh SPBU, salah satunya dengan mendirikan stan bantuan pendaftaran MyPertamina bagi masyarakat yang mengalami kesulitan saat mendaftar.
“Harapannya agar konsumen Pertamax Turbo dan Pertamina Dex tetap setia menggunakan produk tersebut,” pungkasnya.
Sementara itu, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan, keputusan untuk menaikkan BBM maupun LPG nonsubsidi ini merupakan imbas dari tren harga Indonesian Crude Price (ICP) untuk BBM dan Contract Price Aramco (CPA) untuk LPG yang masih tinggi. Tercatat, harga minyak ICP per Juni menyentuh angka 117,62 dolar AS/barel, lebih tinggi sekitar 37 persen dari harga ICP pada Januari 2022. Begitu pula dengan LPG, tren harga (CPA) masih di tinggi pada bulan Juli ini mencapai 725 dolar AS/Metrik Ton (MT) atau lebih tinggi 13 persen dari rata-rata CPA sepanjang tahun 2021.
“Penyesuaian ini memang terus diberlakukan secara berkala sesuai dengan Kepmen ESDM 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU). Penyesuaian harga ini dilakukan mengikuti tren harga pada industri minyak dan gas dunia. Saat ini penyesuaian kami lakukan kembali untuk produk ertamax Turbo dan Dex Series yang porsinya sekitar lima persen dari total konsumsi BBM nasional, serta produk LPG non subsidi yang porsinya sekitar enam persen dari total konsumsi LPG nasional,” jelas Irto dalam keterangan yang diterima Republika, Rabu (13/7/2022).
“Seluruh Penyesuaian harga di angka sekitar Rp 2.000 baik per liter untuk BBM dan per kg untuk LPG, harga ini masih sangat kompetitif dibandingkan produk dengan kualitas setara. Untuk yang subsidi, Pemerintah masih turut andil besar dengan tidak menyesuaikan harganya,” katanya.