EKBIS.CO, BADUNG -- Finance Ministers & Central Bank Governors' Meeting (FMCBG) Negara G20 resmi dimulai secara hybrid di Nusa Dua, Bali (15/7/2022). Sebanyak 407 delegasi asing hadir secara fisik di Bali dan 120 delegasi hadir secara virtual.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, Presidensi G20 Indonesia terus mendorong semangat multilateralisme. Presidensi G20 Indonesia juga terus mendorong hasil yang konkret yang berdampak langsung bagi proses pemulihan ekonomi global.
"G20 perlu melangkah lebih jauh, dengan melakukan tindakan nyata yang didasari semangat kerja sama, kolaborasi, dan konsensus, untuk mengatasi tantangan global," katanya dalam pembukaan.
Tercatat 17 Menteri Keuangan dan 11 Gubernur Bank Sentral hadir secara fisik. Menteri Keuangan yang hadir fisik diantaranya Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, India, Indonesia, Italia, Jerman, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Prancis, Rusia, Turkiye, Uni Eropa, Belanda, Uni Afrika, dan Swiss
Sementara Gubernur Bank Sentral yang hadir fisik dari Afrika Selatan, Arab Saudi, Australia, Belanda , India, Indonesia, Inggris, Jepang, Jerman, Korea Selatan, dan Prancis. Tujuh agenda prioritas yang dibahas di antaranya:
1. Ekonomi global dan risikonya. Presidensi G20 Indonesia terus melanjutkan diskusi terkait kondisi perekonomian global terkini dan respons kebijakan yang tepat dalam mencapai pemulihan ekonomi global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Hal ini dilakukan untuk menghadapi tantangan dengan meningkatnya tekanan inflasi, disrupsi rantai pasok global, ketidakseimbangan permintaan (demand) dan ketersediaan penawaran (supply), peningkatan harga komoditas dan energi akibat pandemi COVID-19 serta perang di Ukraina.
2. Isu kesehatan global. Pertemuan akan merumuskan upaya merevitalisasi arsitektur kesehatan global sehingga dapat mendukung kesiapsiagaan, pencegahan, dan respons terhadap pandemi di masa yang akan datang. Pertemuan juga akan mendiskusikan langkah tindak lanjut dari pembentukan dana kesehatan multilateral untuk penanganan pandemi di masa depan, terutama dalam hal memperkuat kolaborasi antara keuangan dan kesehatan. Saat ini, komitmen yang telah terkumpul sekitar 1,1 miliar dolar AS. Semua negara G20 dan bahkan beberapa negara non-G20 dan juga organisasi internasional menyatakan dukungan dan komitmen kontribusi ke dana multilateral ini. Hal ini menjadi salah satu hasil kongkrit dari kepemimpinan yang kuat dari Indonesia sebagai Presidensi G20.
3. Arsitektur keuangan internasional. G20 tengah mencari upaya untuk mendorong perbaikan pengelolaan utang negara miskin, dan mendorong penguatan ketahanan keuangan global jangka panjang yang antara lain diakukan dengan upaya menjaga aliran modal asing yang berkelanjutan dengan tetap memitigasi risiko terhadap volatilitas aliran modal dan penguatan jaring pengaman keuangan global.