EKBIS.CO, JAKARTA — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) secara bertahap terus menyelesaikan pembangunan Hunian Tetap (Huntap) untuk mempercepat penanganan permukiman terdampak bencana Badai Siklon Tropis Seroja dan banjir bandang di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satunya di Kabupaten Alor sebanyak 386 unit.
Penyelesaian pembangunan Huntap Pasca Bencana di Provinsi NTT sebagaimana persetujuan Menteri PUPR, dilaksanakan dengan skema Kontrak Tahun Jamak (MYC) 2021-2022. “Khusus di Kabupaten Alor saat ini progres rata-ratanya sudah di atas 90 persen,” kata Kepala Satuan Tugas Pelaksana Penanggulangan Bencana di Provinsi NTT dan NTB Kementerian PUPR Widiarto dalam pernyataan tertulisnya, Senin (18/7/2022).
Dia menjelaskan untuk di Kabupaten Alor pembangunan Huntap tersebar di lima desa. Semua desa tersebut yakni Desa Nulle sebanyak 52 unit dengan progres 100 persen, Desa Bunga Bali 61 unit (100 persen), Desa Tamakh 50 unit (98,49 persen), Desa Kaleb 170 unit (97,78 persen), dan Desa Lalafang 53 unit (91,23 persen).
Direktur Rumah Khusus Ditjen Perumahan Kementerian PUPR Yusniewati menuturkan dukungan hunian untuk masing-masing penerima bantuan berupa rumah tipe 36. Bangunan dilengkapi teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) yang dibangun oleh Ditjen Perumahan.
“Diharapkan sampai Agustus 2022 seluruh pekerjaan di Kabupaten Alor sudah dapat diselesaikan termasuk pemasangan listrik sehingga dapat segera dihuni," tutur Yusniewati.
Di kawasan pembangunan huntap juga dilengkapi prasarana pendukung seperti sarana air bersih dan sanitasi (komunal). Begitu juga dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial, jalan lingkungan dan drainase, sambungan listrik rumah dan Penerangan Jalan Umum (PJU), serta tempat sampah yang disiapkan oleh Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan rehabilitasi dan rekonstruksi pada wilayah terdampak bencana di NTT dan NTB tidak hanya membangun kembali rumah yang rusak. Dia menegaskan rehabilitasinjuga sebagai upaya untuk membangun kembali permukiman baru yang tangguh terhadap bencana.
"Pendekatannya adalah build back better, tidak sekadar membangun dengan kerentanan yang sama terhadap bencana, tetapi membangun lebih baik dan lebih aman dari sebelumnya,” ujar Basuki.