Kamis 21 Jul 2022 17:28 WIB

Moeldoko Wanti-Wanti Penurunan Produktivitas Sawit Rakyat

Ini kritikal sebab peran perkebunan rakyat dalam produksi CPO nasional cukup tinggi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Moeldoko, mencatat, produksi sawit rakyat mengalami tren penurunan.
Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Moeldoko, mencatat, produksi sawit rakyat mengalami tren penurunan.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Produktivtas sawit petani swadaya mengalami stagnasi dalam 10 tahun terakhir.

Di saat yang bersamaan, tingkat produktivitas perkebunan swasta terus mengalami kenaikan. Stagnasi produktivitas dikhawatirkan terus berlanjut bahkan mengarah pada tren penurunan yang dapat berdampak pada produksi CPO Indonesia.

Baca Juga

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Moeldoko, mencatat, pada 2010 lalu produktivitas sawit dari perkebunan rakyat atau swadaya hanya 2,5 ton per hektare (ha) sementara perkebunan besar milik swasta sekitar 2,9 ton per ha. Memasuki 2021, produktivitas sawit rakyat hanya 2,75 ton per ha sementara dari kebun swasta sudah naik menjadi 3,84 ton per ha.

"Ini menjadi persoalan kritikal mengingat peran perkebunan rakyat dalam produksi CPO nasional cukup tinggi. Jangan sampai nanti makin turun. Tidak ada alasan untuk itu, harus waspada," kata Moeldoko, dalam sebuah webinar, pada Kamis (21/7/2022).

Ia mendata, pada 2021 lalu, kontribusi produksi CPO oleh perkebunan swasta mencapai 30,7 juta ton atau setara 61,8 persen dari total produksi nasional. Sementara, produksi perkebunan rakyat menghasilkan 16,7 juta ton atau 33,7 persen. Adapun perkebunan negara hanya berkontribusi sekitar 4,4 persen.

Lebih lanjut dari struktur kepemilikan lahan, total luas lahan yang dimiliki petani swadata cukup besar yakni 6 juta ha atau 40 persen dari total luas lahan sekitar 16,3 juta ha.

"Meski lahan perkebunan rakyat signifikan dari sisi produksi dan kepemilikan lahan, tapi produktivitas relatif rendah dibandingkan perkebunan swasta," katanya.

Moeldoko pun meminta agar petani tetap semangat di tengah adanya penurunan harga tandan buah segar (TBS) saat ini. "Saya paham petani lemas, tapi ayo semangat jangan turun karena pemerintah juga mengambil langkah," ujarnya yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor Staf Presiden.

Lebih lanjut, ia pun mengingatkan para petani agar dapat mengelola keuangan dengan baik. Dengan situasi saat ini, pengaturan keuangan petani harus tepat sehingga dapat terus menghidup keluarga petani.

Plt Kepala Divisi Replanting, Reforestation, dan Promosi Perkebunan, BPDPKS, Leri Fardiyan, menambahkan, pemerintah masih terus menjalankan program peremajaan sawit rakyat (PSR) melalui dana kelolaan BPDPKS. Diharapkan, dengan peremajaan produktivitas bisa meningkat ke atas 3,5 ton setara CPO per ha.

Hanya saja, ia tak menampik terjadi penurunan realisasi PSR sejak tahun lalu. Tahun lalu realisasi PSR hanya 42,2 ribu ha, anjlok dari tahun 2019-2020 yang mencapai lebih dari 90 ribu ha.

Adapun untuk 2022, sejauh ini tercatat PSR baru menjangkau 13,8 ribu ha lahan. Menurut dia, penurunan PSR karena berbagai kendala kondisi di lapangan. Termasuk akibat sejumlah rekomendasi auditor yang meminta adanya perbaikan program PSR.

"Kita sampati saat ini lagi mencari jalan agar program replanting ini kembali naik penyerapannya," kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement