Selasa 26 Jul 2022 01:26 WIB

Menperin: Investasi Sektor Manufaktur Capai Rp 230 Triliun

Kontribusi investasi di sektor manufaktur capai 39 persen dari total keseluruhan

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Industri pengolahan semakin bergeliat menggelontorkan dananya guna meningkatkan kapasitas dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Itu dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Industri pengolahan semakin bergeliat menggelontorkan dananya guna meningkatkan kapasitas dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Itu dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Industri pengolahan semakin bergeliat menggelontorkan dananya guna meningkatkan kapasitas dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Itu dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. 

Hal tersebut tercermin dari realisasi penanaman modal sektor industri yang mencapai Rp 230,8 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 39,5 persen dari total nilai investasi yang menembus Rp 584,6 triliun pada semester I 2022. “Sektor industri manufaktur nilai investasinya naik dari Rp 167,1 triliun pada semester I 2021, menjadi Rp 230,8 triliun pada semester I 2022 atau naik double digit sebesar 38 persen,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, dalam keterangan resmi, Senin (25/7).

Menperin menjelaskan, selama ini peningkatan investasi di sektor industri selalu memberikan multiplier effect yang luas bagi perekonomian nasional. Selain menambah devisa dan penyerapan tenaga kerja, juga akan memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri sehingga industri di Indonesia bisa lebih berdaya saing hingga kancah global.

“Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi, karena didukung dengan potensi pasar yang besar dan kebijakan pemerintah yang probisnis kepada para pelaku usaha. Termasuk upaya mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional akibat dampak pandemi Covid-19,” jelas dia.

Agus menegaskan, pemerintah bertekad konsisten meningkatkan iklim usaha dan investasi yang kondusif. Melalui upaya pengendalian pandemi Covid-19 yang maksimal, capaian realisasi investasi akan terus meningkat.

“Selain itu, permintaan domestik yang kian membaik seiring pula dengan keleluasan mobilitas aktivitas masyarakat, serta percepatan pemberian vaksin booster kepada masyarakat dan para pekerja industri. Ini menjadi jaminan atas tetap tingginya minat investor berekspansi di tanah air,” tuturnya.

Merujuk data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada Januari-Juni 2022, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sektor industri sebesar Rp 65,2 triliun atau berkontribusi 23,8 persen dari total PMDN yang mencapai Rp 274,2 triliun. Sementara, penanaman modal asing (PMA) sektor industri menembus Rp 165,6 triliun atau menyumbang paling tinggi sebesar 53,4 persen dari total PMA yang mencapai Rp 310,4 triliun.

“Investor saat ini lebih banyak mengincar sektor produktif seperti industri manufaktur dibanding sektor lainnya. Oleh karena itu, selain mendorong sektor industri padat modal untuk transfer teknologi, kami juga memacu sektor industri padat karya sebagai upaya meningkatkan serapan tenaga kerja di dalam negeri,” tutur dia.

Sepanjang semester I 2022, sektor manufaktur yang memberikan sumbangsih paling besar terhadap capaian PMDN yaitu industri makanan dengan nilai mencapai Rp 24,2 triliun atau naik 8,8 persen secara tahunan (year on year). Selanjutnya, untuk capaian PMA, kontribusi paling besar dari sektor manufaktur adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya yang mencapai 5,7 miliar dolar AS atau naik 26,3 persen year on year (yoy) serta industri kimia dan farmasi sebesar 1,8 miliar dolar AS atau naik 8,1 persen yoy.

“Secara kumulatif, untuk PMDN dan PMA pada semester I 2022, investasi sektor manufaktur yang paling dominan adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp 87,9 triliun atau naik 15 persen yoy. Disusul industri makanan sebesar Rp 42 triliun atau naik 7,2 persen yoy," tutur Agus.

Menurutnya, kebijakan pemerintah yang konsisten menerapkan hilirisasi industri dan menyetop ekspor bahan mentah, dinilai menjadi potensi peningkatan investasi. Khususnya di industri peleburan dan pemurnian (smelter). 

“Pabrik smelter mulai tumbuh di sejumlah wilayah luar Jawa. Artinya, akan mendorong pemerataan ekonomi atau sejalan dengan pembangunan Indonesia sentris,” ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement