EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sektor perdagangan, investasi, dan industri merupakan mesin pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Dorongan dari ketiga sektor tersebut akan membuat setiap negara dapat melakukan pemulihan ekonomi yang lebih kuat dan lebih cepat pascapandemi Covid-19.
Selain itu, ketiga sektor tersebut juga berperan penting dalam menghadapi tantangan global lain yang muncul akibat ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada pasokan energi dan pangan global. Terkait berbagai tantangan global itu, Airlangga menyampaikan, tantangan global membutuhkan solusi global, sehingga pendekatan multilateral yang tidak membatasi ekspor dan impor perdagangan harus tetap dijalankan sesuai peraturan World Trade Organization (WTO).
Hal tersebut disampaikan secara virtual dalam The High Level Forum on Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) pada Selasa (26/07). “G20 menjadi platform strategis untuk menjawab tantangan itu. Kita tidak boleh terpecah-belah dalam tindakan dan visi kita untuk pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik dan lebih kuat di masa depan,” tegas dia.
Sejalan dengan agenda Working Group dan peran Indonesia dalam Presidensi G20 tahun ini, Airlangga mengatakan, Indonesia terdorong menggalang dukungan dari anggota G20 lainnya dalam menetapkan arah strategis menuju kepercayaan lembaga global seperti WTO. “Penting bagi G20 untuk membuka jalan agar WTO tetap relevan dan membahas dampak perdagangan dan ekonomi dari situasi geopolitik. Hal tersebut dilakukan guna mempertahankan rantai pasokan dan kemudian menerapkan langkah-langkah kebijakan perdagangan, menjaga ketersediaan, dan keterjangkauan harga pangan. Ini merupakan isu-isu inti dan sangat penting,” jelasnya.
Salam kesempatan tersebut, Airlangga juga menyampaikan tentang kinerja ekonomi Indonesia yang terus tumbuh. Dari sisi moneter, Airlangga menerangkan, hingga saat ini cadangan devisa Indonesia mencapai 135,6 miliar dolar AS.
Neraca perdagangan Indonesia juga terus berada pada tren positif dengan surplus sebesar 5,09 miliar dolar AS per Juni 2022. Secara kumulatif, ekspor Indonesia selama semester I 2022 telah mencapai 141 miliar dolar AS, atau meningkat 37,1 persen lebih tinggi dibandingkan periode sama 2021.
Sementara, dari sisi investasi, pada kuartal I 2022 telah terealisasi lebih dari 28 persen komitmen investasi, dengan kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 10,22 miliar dolar AS. Lalu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 9,33 miliar dolar AS.
“Pertumbuhan ini menunjukkan kepercayaan global terhadap Indonesia dan juga menunjukkan, Indonesia membuat kebijakan tepat dalam situasi yang penuh tantangan ini,” tegasnya.
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan Indonesia juga terus mengakselerasi hilirisasi komoditas yang memiliki nilai tambah tinggi, khususnya pada produk manufaktur.
Peningkatan nilai tambah dalam kegiatan produksi juga tercermin pada aktivitas manufaktur yang terus berada pada level ekspansif. Airlangga juga menjelaskan, adanya pandemi Covid-19 turut mendukung pertumbuhan Industri 4.0 di Indonesia.
Hal tersebut membuat mekanisme produksi menjadi lebih digital. Maka, Airlangga mengatakan, dunia harus berkolaborasi memastikan implementasi Industri 4.0 yang diharapkan dapat meminimalisir dampak pada produksi dan biaya logistik serta menyerap guncangan pada rantai nilai global.