Ahad 31 Jul 2022 05:41 WIB

Peringati 100 Tahun Industri Tekstil, Kemenperin dan Kemkominfo Gelar Bakohumas

Industri tekstil Indonesia telah menempuh perjalanan panjang sejak jaman kolonial

Rep: iit septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Seorang pedagang menata kain tekstil dagangannya di Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Selasa (22/2/2022). Kementerian Perindustrian memprediksi pertumbuhan industri garmen dan tekstil pada kuartal I 2022 akan tumbuh di level 10,44 persen akibat lonjakan permintaan pada Ramadhan 2022.
Foto: ANTARA FOTO/Fauzan/hp.
Seorang pedagang menata kain tekstil dagangannya di Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Selasa (22/2/2022). Kementerian Perindustrian memprediksi pertumbuhan industri garmen dan tekstil pada kuartal I 2022 akan tumbuh di level 10,44 persen akibat lonjakan permintaan pada Ramadhan 2022.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menyambut peringatan 100 tahun industri tekstil nasional, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyelenggarakan Forum Tematik Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah (Bakohumas) bertema 'Perjalanan 100 Tahun Industri Tekstil di Indonesia'.

Kegiatan itu bertujuan menyampaikan informasi mengenai kinerja dan peran industri tekstil bagi perekonomian serta kebijakan yang ditempuh Kemenperin dalam menjaga daya saing dan produktivitasnya kepada humas pemerintah.

Baca Juga

“Industri tekstil di dalam negeri telah menempuh perjalanan panjang hingga saat ini, dari masa kolonial hingga ke era digital. Kemenperin menjalankan berbagai kebijakan dan program kerja untuk terus meningkatkan daya saing dan produktivitasnya, sehingga industri tekstil nasional semakin berkembang mengikuti tren pasar global,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Dody Widodo dalam Forum Tematik Bakohumas di Bandung, Jumat (29/7/2022).

Pada 2021, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh signifikan hingga mencapai 12,45 persen year on year (yoy). Industri TPT juga menunjukkan kinerja ekspor yang baik dengan peningkatan signifikan pada 2021, yaitu 12,45 persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya. 

“Investasi yang ditanamkan di industri TPT juga meningkat sebesar 6,4 persen pada kuartal I 2022,” jelas Dody. Mengingat kontribusinya terhadap pertumbuhan sektor industri manufaktur, serta dampaknya terhadap perekonomian masyarakat sebagai sektor padat karya dan berorientasi ekspor, Kemenperin menjadikan industri TPT sebagai salah satu dari tujuh industri prioritas pengembangan dalam Peta Jalan Making Indonesia 4.0, bersama dengan industri makanan dan minuman, industri kimia, industri otomotif, industri elektronika, industri farmasi, serta industri alat kesehatan.

Dengan penerapan teknologi industri 4.0, industri TPT akan mampu mengembangkan produk-produknya sesuai kebutuhan dan tren yang berkembang. Di antaranya memenuhi kebutuhan pasar akan functional apparel maupun technical textile yang dibutuhkan oleh sektor-sektor lain, seperti bidang penerbangan, kesehatan (biomedis), otomotif, pertanian, konstruksi, dan sebagainya.

Untuk meningkatkan daya saing industri TPT, Kemenperin telah menetapkan program-program yang meliputi substitusi impor 35 persen, pemberian insentif kemudahan bahan baku, implementasi industri 4.0 pada industri TPT, penurunan harga gas bumi untuk industri hulu tekstil dan bahan baku tekstil, serta pengendalian impor dan pengenaan trade remedies bagi produk TPT. “Kemenperin juga merumuskan kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) serta peningkatan kompetisi SDM industri yang juga mendukung pengembangan industri TPT,” ujar dia.

 

Industri tekstil modern Indonesia diawali dengan berdirinya Textiel Inrichting Bandoeng (TIB) pada 1922. Maka telah mencapai satu abad atau 100 tahun di tahun 2022 ini. TIB merupakan cikal bakal institusi pelayanan jasa industri di lingkungan Kemenperin, yaitu Balai Besar Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri Tekstil (BBSPJIT) yang berlokasi di Bandung, yang juga membidani pendidikan vokasi tekstil tertua di Indonesia yang sekarang bernama Politeknik Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung.

Demi mendidik SDM yang terampil dan kompeten bagi industri TPT, Kemenperin melalui Politeknik STTT menyediakan Pendidikan vokasi hingga jenjang magister terapan (S2). Program ini merupakan magister tekstil pertama di Indonesia dan diharapkan dapat berkontribusi bagi kemajuan industri tekstil Indonesia dan memberi manfaat bagi pengembangan keilmuan tekstil maju atau smart textile.

Hal itu sesuai visi Politeknik STTT menjadi penyelenggara pendidikan vokasi industri yang excellence dan berdaya saing global pada bidang tekstil dan produk tekstil pada 2035. Sekjen Kemenperin mengapresiasi kerja sama antara Kemenperin dengan Kominfo dalam penyelenggarakan Forum Tematik Bakohumas serta partisipasi para pimpinan dan perwakilan humas pemerintah dalam kegiatan tersebut.

Menurutnya, dukungan kementerian/lembaga melalui kanal-kanal informasi yang dimiliki akan mampu memperluas sebaran informasi mengenai kebijakan pengembangan industri serta Pemulihan Ekonomi Nasional yang sedang dijalankan saat ini. Maka dapat tersampaikan dan diterima oleh masyarakat luas.

Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Hasyim Gautama yang mewakili Ketua Umum Bakohumas menyampaikan, Forum Tematik Bakohumas mengenai industri tekstil dapat memperkaya pemahaman insan humas kementerian/lembaga mengenai kebijakan dan program yang dijalankan Kemenperin. “Kinerja industri tekstil nasional dapat dilihat dari posisinya di kancah global. Dengan memperoleh informasi lebih lanjut mengenai kebijakan terkait industri TPT, diharapkan humas pemerintah dapat meningkatkan dukungan dan sinergi bagi keberhasilan program-program tersebut,” ujar Hasyim.

Pelaksanaan program peningkatan daya saing industri TPT mendapat sambutan positif dari para pelaku industri tekstil nasional. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ian Syarif menyampaikan, industri TPT di Indonesia yang saat ini telah lengkap dari hulu ke hilir perlu diberdayakan untuk memenuhi pasar dalam negeri, terlebih karena terdapat pasar domestik yang menjanjikan dengan adanya populasi yang besar. “Hal ini sejalan dengan visi API untuk mengembalikan puncak kinerja industri TPT Indonesia yang terintegrasi dari hulu,” tegas Ian.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement