EKBIS.CO, LONDON – Bank sentral Inggris atau Bank of England pada Kamis (4/8/2022) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,75 persen. Ini adalah kenaikan terbesar dalam 27 tahun.
Bank sentral mengambil langkah untuk meningkatkan suku bunga, karena Inggris menghadapi tingkat inflasi tertinggi dalam 40 tahun.
Inflasi Inggris pada Juni mencapai 9,4 persen. Bank sentral Inggris memproyeksikan inflasi akan mencapai lebih dari 13 persen sebelum akhir 2022. Bank of England memperkirakan inflasi akan tetap tinggi pada 2023.
"Tekanan inflasi di Inggris dan seluruh Eropa telah meningkat secara signifikan sejak laporan kebijakan moneter pada Mei," ujar pernyataan bank sentral Inggris, dilansir Anadolu Agency, Jumat (5/8/2022).
Bank sentral menambahkan, pertumbuhan produk domestik bruto di Inggris melambat. Sementara kenaikan harga gas telah menyebabkan kemerosotan signifikan lainnya dalam prospek aktivitas di negara itu.
Bank sentral memperkirakan Inggris akan memasuki resesi mulai kuartal keempat 2022. Bank sentral menambahkan tekanan inflasi domestik diproyeksikan tetap kuat selama paruh pertama.
“Pendapatan riil rumah tangga setelah pajak diproyeksikan turun tajam pada 2022 dan 2023, sementara pertumbuhan konsumsi menjadi negatif,” kata pernyataan bank sentral Inggris.
Aljazirah melaporkan, Bank of England telah dikritik karena bergerak terlalu lambat untuk memerangi inflasi. Meskipun bank sentral telah menyetujui lima kenaikan suku bunga berturut-turut sejak Desember, tidak ada sebelum yang melebihi seperempat poin persentase.
Sebaliknya, Federal Reserve Amerika Serikat meningkatkan suku bunga utamanya tiga perempat poin dua bulan terakhir ke kisaran 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Bank-bank sentral di seluruh dunia sedang berjuang untuk mengendalikan lonjakan inflasi. Suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan biaya pinjaman untuk konsumen, bisnis, dan pemerintah, yang cenderung mengurangi pengeluaran dan mengurangi kenaikan harga.
Tapi langkah seperti itu juga cenderung memperlambat pertumbuhan ekonomi. Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global, karena inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan berlanjutnya wabah Covid-19 di Cina, serta efek lebih lanjut dari perang Rusia-Ukraina.
"Ekonomi Inggris kemungkinan akan tumbuh hanya 0,5 persen tahun depan, tingkat pertumbuhan paling lambat di antara negara ekonomi maju dunia," kata pernyataan IMF.