EKBIS.CO, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Pertanian, IPB University, Dwi Andreas Santosa, optimistis krisis pangan global yang diprediksi terjadi pada tahun ini hingga 2023 tidak akan terjadi. Pasalnya, tren harga komoditas yang berperan penting pada ketahanan pangan global sudah mengalami penurunan.
"Krisis pangan global tidak akan terjadi, meski demikian kita perlu menjaga kesiapan Indonesia kalau terjadi sesuatu," kata Andreas dalam webinar Pataka, Selasa (9/8/2022).
Ia menyampaikan, penyebab utama terjadinya krisis pangan dunia jika terdapat masalah pada suplai dan harga komoditas serealia. Ia memaparkan, produksi serealia dunia tahun ini memang diperkirakan turun 0,6 persen dari tahun lalu menjadi 2.791 juta ton.
Turunnya serealia akibat penurunan produksi gandum sekitar 1 persen menjadi 770 juta ton akibat kekeringan di Uni Eropa. Namun, ada peningkatan produksi di Kanada dan Australia karena iklim yang mendukung.
Selain itu, produksi beras dunia kemungkinan turun 0,4 persen menjadi 520,5 juta ton imbas turunnya produksi di Vietnam. Namun, hingga saat ini tren harga serealia dunia justru tidak mengalami lonjakan tinggi.
"Jadi saya tidak percaya krisis pangan dunia akan terjadi di 2022 dan 2023 karena komponen terbesar komoditas utama yang mempengaruhi krisis pangan adalah serealia dan saat ini baik-baik saja," ujarnya.
Ia juga berkaca pada peringatan Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) pada 2020 lalu yang mengatakan bakal ada krisis pangan. Saat itu, Indonesia langsung mencanangkan berbagai program besar, termasuk food estate. Namun, Andreas pun meyakini krisis tidak akan terjadi.
"Dan betul, setelah itu ada laporan pergerakan harga pangan dunia justru turun. Lalu tahun 2021 apakah ada? Ternyata nggak juga," kata dia.