EKBIS.CO, JAKARTA -- Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menyambut baik langkah Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk melakukan rights issue. Langkah itu dinilai memberikan beberapa dampak positif.
Plt Direktur Eksekutif KNEKS Taufik Hidayat menyebutkan, dampak positif tersebut pertama, bisa meningkatkan jumlah saham beredar BSI (BRIS) di pasar modal Indonesia. "Sehingga sahamnya bisa lebih liquid dan harapannya masuk ke dalam Jakarta Islamic Index (JII), dan menjadi pilihan menarik bagi investor syariah," ujarnya kepada Republika, Kamis (18/8).
Dampak positif kedua, lanjutnya, yaitu meningkatkan persentase saham perseroan yang dapat dimiliki publik dari posisi sekarang sebesar 5,46 persen menjadi 7,5 persen. Itu kemudian memenuhi ketentuan saham free float bagi perusahaan tercatat di bursa.
Ketiga, mendapatkan source of fund yg murah dan jangka panjang dari capital market. "Sehingga cost of financing bisa ditekan serta bisa memberikan pendanaan di sektor ekonomi syariah secara lebih luas," tutur dia.
Keempat, sambungnya, meningkatkan market cap BSI yang saat ini di angka Rp 66 triliun menjadi Rp 69 triliun. Taufuk mengatakan, melalui right issue itu, dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu big market cap di pasar modal Indonesia.
Pengamat Ekonomi Syariah dari IPB Irfan Syauqi Beik pun berharap, rights issue BSI akan semakin memperkuat permodalan mereka. Maka diharapkan pula berdampak pada semakin meningkatnya kinerja BSI.
"Kalau performa BSI semakin naik, maka tentu ini akan berdampak positif terhadap keseluruhan industri perbankan syariah. Tentu pada akhirnya ekonomi syariah akan semakin berkembang," ujarnya saat dihubungi Republika.
Apalagi, kata dia, kalau penguatan BSI ini diikuti dengan upaya mendorong semakin terintegrasinya semua sektor dalam ekonomi syariah, baik sektor riil maupun ziswaf-nya. "Saya yakin ini akan berdampak baik dan akan terbangun ekosistem ekonomi syariah yang semakin kuat," jelas Irfan.
Sebelumnyaa BSI sudah merilis pengumuman rights issue di keterbukaan informasi. Perusahaan siap menebar 6 miliar saham baru dengan nilai Rp 500 per lembar.