EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan telah menyiapkan langkah antisipasi sebagai respons atas krisis global yang membuat gejolak harga pangan dunia. Salah satunya dengan upaya substitusi pangan impor gandum, sapi, dan tebu dengan sumber daya komoditas lokal.
"Kementan telah menyusun strategi baru karena menghadapi tantangan ke depan tidak ringan. Tahun 2023 adalah dark significant, bukan gelap biasa," kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR, di Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu (31/8/2022).
Ia menuturkan, kebutuhan impor gandum yang saat ini mencapai sekitar 11 juta ton per tahun akan disubstitusi oleh pangan lokal. Di antaranya ubi kayu, sorgum, hingga singkong. Kementan pun mendorong diversifikasi pangan lokal agar dapat mengurangi ketergantungan impor gandum.
Selanjutnya, untuk mengurangi ketergantungan impor daging sapi/kerbau, Syahrul mengatakan, Kementan akan mengoptimalisasi produksi domba, kambing, dan itik sebagai substitusi.
Sebagai gambaran, total kebutuhan daging sapi tahun 2022 diproyeksi mencapai 711.885 ton. Adapun, produksi lokal diperkirakan baru mencapai 437.317 ton serta sisa produksi 2021 hanya 62.485 ton sehingga masih terdapat defisit.
Untuk menutup defisit itu, Kementan mengalokasikan impor sapi bakalan sebesar 316.350 ekor atau setara 60.641 ton. Selain itu juga dilakukan impor daging sapi/kerbau sebanyak 210.328 ton. Jika dikalkulasikan, total impor daging sapi 2022 sebesar 270.969 ton yang dinilai cukup menutup defisit.
"Kemudian gula stevia, gula aren, dan kelapa untuk substitusi gula tebu," kata Syahrul.
Kendati demikian, pemerintah masih menargetkan agar Indonesia tetap dapat mencapai swasembada gula tebu pada 2025 mendatang. Indonesia menargetkan produksi gula nasional naik mencapai 3,2 juta ton dari produksi saat ini sekitar 2,5 juta ton. Produksi lokal akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi bagi masyarakat rumah tangga.
Sekretaris Jenderal Kementan, Kasdi Subagyono, menuturkan, upaya substitusi yang dilakukan bukan untuk mengganti komoditas secara total. Namun, pangan lokal setidaknya dapat sedikit mengurangi ketergantungan impor.
Ia mencontohkan, seperti pada komoditas gandum yang disubsitusi dengan sorgum hingga singkong. Kementan berharap setidaknya dari total 11 juta ton kebutuhan gandum, sebanyak 10-15 persen dapat digantikan oleh pangan lokal.
"Ini sempat miss understanding di publik karena yang media sampaikan salah, pengembangan singkong bukan berarti minta rakyat makan singkong," ujarnya.