EKBIS.CO, PEKANBARU -- Kesan pertama siapapun yang datang ke rumah Yeni (38 tahun) di Kelurahan Sialangmunggu, Kecamatan Tuah Madani, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, adalah bau sapi yang cukup kuat. Kondisi ini terjadi karena halaman rumahnya difungsikan sebagai tempat pengolahan kerupuk kulit sapi, mulai dari pemberisihan kotoran dan bulu, hingga penjemuran.
Tapi siapa sangka produsen kerupuk kulit ini mampu meraup omzet lebih dari Rp 22 juta setiap pekannya. Belum lagi soal sumbangsihnya dalam memberdayakan beberapa orang sekitar tempat tinggalnya untuk proses pengolahan kerupuk.
Yeni merupakan anggota dari sentra cahaya permata, sebuah kelompok dari himpunan para nasabah BTPN Syariah yang ditujukan untuk para perempuan demi mengembangkan usahanya. Sejak menjadi nasabah pada 2018, usahanya terus berkembang dan menjadi inspirasi komunitasnya.
"Awal mula dulu modal dari kerja karyawan saja, waktu mulai 2017. Lalu jadi nasabah sejak 2018. Saat itu pinjaman saya (limitnya) dari Rp 3 juta, terus ke Rp 6 juta, Rp 12 juta, sampai sekarang sudah bisa Rp 25 juta," katanya, Rabu (14/9/2022) lalu.
Yeni menyebut, pembiayaan dari BTPN Syariah membuat dirinya mampu mengakses modal yang besar dengan cara yang mudah. Dia juga mengaku senang menjadi nasabah, utamanya karena pembiayaan dalam bentuk syariah yang nyaman dan menentramkan.
"Kenapa percaya BTPN Syariah, karena kalau BTPN Syariah nggak ada agunan, terus prosesnya cepat. Kita tinggal menyiapkan berkas yang untuk diajukan ke petugas, kita nggak usah capek ke bank. Kita nunggu di rumah saja pencairannya enak sekali di rumah. orangnya ramah-ramah, sudah kayak saudara," ujarnya.
Dia berharap usahanya ini akan terus berkembang dan tidak terbatas di Kota Pekanbaru saja. Untuk itu, ia mengaku membutuhkan SDM yang mumpuni, lahan, hingga lebih banyak kulit sapi untuk memperbanyak produksi.
Tapi mencari SDM ntuk pekerjaan ini dan sumber pemasok kulit diakuinya cukup sulit. Karena tingkat kesulitan yang cukup tinggi, sehingga hingga kini para pekerja hanya terbatas dari orang-orang sekitarnya.
"Mengerjakan itu (mengolah kerupuk kulit) kelihatannya saja gampang, tapi sulit sebenarnya. Kalau perempuan nggak akan bisa. Makanya hanya beberapa saja memang sekarang ini. Kalau pemasok kulit, kita biasa ambil dari rumah potong, tapi belakangan sedang sulit karena ada penyakit, makanya ambil dari Lampung, Jambi," tuturnya.
Kepala Corporate and Marketing Communication BTPN Syariah, Ainul Yaqin mengatakan, prinsip syariah yang dianut BTPN Syariah telah diakui banyak nasabah membuat tenang dan mudah. Tidak ada nasabah yang merasa dirugikan dan justru merasa mendapat kebaikan karena menerapkan prinsip syariah yang sesuai dengan keyakinannya.
"Tidak ada yang namanya hal-hal yang merugikan sepihak karena secara syariah, semuanya harus menjadi kebaikan dan menjadi manfaat bagi orang lain. Mereka sudah merasakan kenyamanan dalam mengenal dan menggunakan produk dari BTPN Syariah, tidak hanya bagi nasabah pembiayaan. Tapi juga nasabah pendanaan kami merasakan kenyamanan untuk menggunakan prisnip syariah sebagai prisnip bisnis," katanya.
Adapun Business Coach BTPN Syariah area Riau, Fauzan Ridha mengatakan, pihaknya sangat terinspirasi dengan cerita-cerita nasabah yang mengembangkan usahanya bersama BTPN Syariah. Kisah perjuangan Yeni membangun usahanya adalah salah satu dari 49 ribu perempuan di Pekanbaru.
"Selama kami menekuni bisnis ini, kami terinspirasi kisah-kisah nasabah kami dalam perjuangan mereka mewujudkan niat baik untuk hidup yang lebih berarti," ujarnya.
Hingga per Juni 2022 saat ini, pembiayaaan yang sudah tersalurkan kurang lebih Rp 171 miliar kepada lebih dari 49 ribu perempuan keluarga prasejahtera produktif di Pekanbaru yang dilayani dan tumbuh bersama BTPN Syariah.