Berdasarkan data Kementerian Keuangan pada Agustus 2022, Amin menyebut sebanyak 80 persen dari rumah tangga baru tidak memiliki rumah sendiri. Oleh karena itu, Amin mengusulkan ada relaksasi atau semacam kebijakan khusus dari perbankan yang memberikan pembiayaan perumahan.
Hal ini untuk membantu masyarakat yang membutuhkan rumah. Bagi Amin, mahalnya harga semen juga menyulitkan realisasi pembangunan infrastruktur dasar di daerah serta pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
"Yang harus diwaspadai adalah pengurangan kualitas atau spek bangunan demi mengejar target karena kenaikan harga ini, sementara anggaran untuk material bangunan tetap," kata Amin.
Associate Director BUMN Research Group LM (Lembaga Management) Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan semen adalah produk dengan sifat pasar oligopoli. Dalam pasar seperti ini, ucap Toto, persaingan menjadi salah satu ciri supaya produsen semen bisa eksis dan tumbuh dalam industri tersebut.
"Jadi fenomena seperti SIG yang berencana menaikan harga jual produk mest lihat dari perspektif tersebut. Kalau kompetitor di industri melakukan hal serupa maka langkah SIG adalah reaksi yang normal," ujar Toto.
Menurut Toto, pemerintah tak perlu juga memberikan subsidi ke pabrik semen. Toto mengatakan langkah yang bisa dilakukan pemerintah dalam melindungi daya beli konsumen ialah memberikan subsidi langsung pada masyarakat yg dianggap tidak mampu atau miskin.
"Tidak perlu subsidi ke pabrik semen karena rawan dengan penyelewengan dalam implementasi seperti yang terjadi pada pupuk," kata Toto.