EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) hingga 2026 mendatang mengalokasikan belanja modal atau capital expenditur (capex) sebesar 11,2 miliar dolar AS untuk proyek energi bersih. Direktur Utama Subholding Power and Renewable Energy Pertamina Dannif Danusaputro menjelaskan alokasi belanja modal tersebut sekitar 14 persen dari total belanja modal perusahaan sampai 2026 yang sebesar 70-80 miliar dolar AS.
Langkah ini dilakukan perusahaan agar bisa memaksimalkan proyek energi bersih yang menjadi ceruk bisnis perusahaan kedepan. "Langkah ini sejalan dengan komitmen Pertamina dalam ketahanan energi dan menuju pembangunan hijau dan sebagai salah satu upaya dekarbonisasi," ujar Dannif, Ahad (25/9/2022).
Menurut Dannif, kebutuhan biaya untuk melakukan transisi energi sangat besar. Apalagi ini menjadi tuntutan global. Hal ini mengharuskan semua perusahaan mendesain ulang strategi dalam mencapai target produksi diikuti dengan penurunan emisi.
Dia menjelaskan, bauran energi Pertamina juga akan berubah signifikan pada 2030. Pada 2021 bauran energi Pertamina mencapai 2,3 MT Joule dengan 81 persen dari produk pengolahan (tidak termasuk LPG), 15 persen produk pengolahan LPG dan 3 persen gas.
“Pada 2030, porsi NRE akan naik menjadi 17 persen dan gas 19 persen, sedangkan produk pengolahan turun menjadi 61 persen dan LPG berkurang jadi 3 persen,” kata Dannif.
Untuk mencapai target, tambah Dannif, Pertamina memiliki beberapa proyek dan aktivitas yang sudah lama dijalankan, antara lain geothermal, pengembangan hidrogen, ikut berpartisipasi dalam pengembangan baterai kendaraan listrik dan energy storage system, dan membangun green industrial cluster.
Selain itu, Pertamina juga mengembangkan green refinery, bio energy, proyek natural based solution (NBS) serta pengembangan EBT seperti solar PV, serta inisiatif lainnya. Selain itu, Pertamina juga ambil bagian dalam proyek Demtyl Ether (DME) yang ditargetkan rampung pada 2025.