Selasa 18 Oct 2022 16:47 WIB

Terima PEFC, Mendag Ingatkan Pentingnya Produk Indonesia dari Bahan Baku Lestari

Perusahaan besar tidak mau menerim produk yang tidak bersertifikasi lestari.

Red: Joko Sadewo
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengingatkan pentingnya barang produk indonesia menggunakan bahan baku lestari.
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengingatkan pentingnya barang produk indonesia menggunakan bahan baku lestari.

EKBIS.CO, JAKARTA — Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menerima kunjungan delegasi  Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) dari Jenewa, yang dipimpin oleh anggota PEFC Board yang juga ekonom senior Dradjad Wibowo dan CEO PEFC Michael Berger. PEFC adalah skema sertifikasi hutan lestari terbesar di dunia, dengan 328 juta hutan bersertifikat.

Dalam pertemuan tersebut Mendag menyampaikan pentingnya barang produksi Indonesia diproses dari bahan baku yang lestari. “Dalam dua dekade terakhir ini banyak sekali perusahaan raksasa dunia yang hanya mau membeli produk olahan yang berasal dari hutan lestari,” kata Mendag Selasa (18/10/2022).

Produk tersebut seperti kertas, bubur kertas, produk kayu, furniture, dan sebagainya. “Sebagai contoh, perusahaan seperti Apple dan Samsung mengharuskan kotak dan kertas packaging HP-nya bersertifikat lestari," ujar Mendag.

Mendag yang biasa disapa Zulhas ini menambahkan, dengan semakin besarnya perdagangan online,  kebutuhan kotak dan kertas packaging di dunia semakin meningkat, mencapai lebih dari US$ 402 milyar atau sekitar Rp 6200 triliun pada tahun 2021. Indonesia dengan sistem pengelolaan hutan lestarinya sangat berpeluang mengambil pasar yang besar tersebut, sehingga ekspor Indonesia bisa meningkat pesat.

“Saya sejak dulu sangat mendorong pengelolaan hutan lestari,” ungkap Zulhas, yang pernah menjadi Menteri Kehutanan itu.

Sementara Michael Berger sangat mengapresiasi dan mendukung langkah Mendag. Menurut Berger, langkah Mendag tersebut telah menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pelaku usaha Indonesia dalam menjalankan usahanya sesuai dengan kaidah kelestarian hutan.

Berger menjelaskan, PEFC merupakan skema global yang bersifat bottom up, dibangun dari inisiatif nasional masing-masing negara. Menurut Berger, di Indonesia skema tersebut dibangun oleh para anggota IFCC (the Indonesian Forestry Certification Cooperation). “PEFC adalah salah satu pelopor perdagangan tekstil dan fesyen lestari di dunia, di mana bahan bakunya adalah rayon yang diproduksi dari hutan lestari”, tambah Berger.

Kepada Mendag yang juga Ketua Umum PAN itu, Dradjad menyampaikan bahwa pada tahun 2009/10 ketika industri kertas dan bubur kertas belum mendapatkan sertifikat PEFC/IFCC, industri ini sempat diboikot karena dianggap merusak hutan. Ekspor kertas dan bubur kertas sempat anjlok 25-30%.

Setelah mendapatkan sertifikat, ekspor Indonesia naik USD 2.2 miliar atau 40%. Pada tahun 2021 nilai ekspornya mencapai US$ 7.42 milyar. Kenaikan itu bisa terjadi karena  kebijakan tiga kementerian yang kondusif bagi kelestarian hutan, yaitu Kementerian Perdagangan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Perindustrian, kata Dradjad yang juga Ketua Pendiri IFCC itu.

Turut hadir dalam acara tersebut adalah Ketua Umum IFCC Sania Widuri, Manajer PEFC Fabiene Sinclair, Sekretaris Umum IFCC Haqi Wibowo, Direktur Eksekutif IFCC Zulfandi Lubis, dan Direktur Teknis IFCC Nurcahyo Adi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement