EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menyebut perubahan iklim akan memengaruhi keuangan negara dan kesejahteraan rakyat pada tahun depan. Hal ini mengingat ancaman resesi juga akan terjadi di dunia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pihaknya memiliki dua senjata untuk mengantisipasi tantangan ekonomi global. Adapun langkah antisipasi ini diyakini mampu memperbaiki kemampuan analitik untuk merespons tantangan global.
“Selain itu juga terus berkolaborasi dan bersinergi guna mencari solusi dari berbagai tantangan,” ujarnya saat webinar Upacara Peringatan Hari Oeang Republik Indonesia ke-76, Senin (31/10/2022).
Menurutnya ancaman resesi akan menimbulkan dampak kenaikan harga kebutuhan sehari-hari termasuk makanan, pemutusan kerja, kenaikan harga pasokan energi, hingga naiknya angka kemiskinan.
"Kita telah diuji dengan tantangan, yaitu gejolak keuangan 1997-1998, gejolak naik turunnya harga komoditas, krisis global 2008-2009, sekarang kita diuji dengan pandemi, geopolitik, dan tantangan resesi global,” ucapnya.
Sri Mulyani menyebut ancaman resesi bukanlah tantangan mudah. Dia membandingkan resesi dengan macam-macam tantangan ekonomi yang pernah dihadapi oleh Indonesia dan dunia.
“Ini bukan sebuah tantangan yang mudah, polanya berubah,” ucapnya.
Menurutnya saat ini dunia geopolitik dan ekonomi global mengalami tekanan bertubi-tubi. Hal tersebut pasti akan memberikan imbas terhadap perekonomian Indonesia.
Ke depan pemerintah berupaya merespons tantangan tersebut. Hadirnya kebijakan fiskal dan keuangan negara yang adaptif, responsif, serta fleksibel menjadi kunci.
Sri Mulyani pun meyakini Indonesia masih aman dari ancaman resesi pada 2023. Selain Indonesia, ada juga India, Brasil, dan Meksiko yang diklaim masih aman pada tahun depan.
"Negara emerging juga mengalami kondisi relatif tertekan. Meski dalam situasi saat ini, emerging country, seperti Indonesia, India, Brazil, Meksiko relatif dalam situasi yang cukup baik," ucapnya.