EKBIS.CO, JAKARTA -- Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa terasi dapat digunakan sebagai bahan pelengkap pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL). Penggunaan terasi dapat menjadi bahan tambahan dalam pembuatan MOL yang dipercaya menambahkan keanekaragaman mikroorganisme yang ada didalam pupuk organik cair.
Oleh sebab itu, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong penggunaan MOL terasi sebagai alternatif pupuk organik cair untuk menyuburkan tanah.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, mengatakan bahwa MOL terasi telah digunakan di berbagai daerah oleh petani komoditas tanaman pangan dan hortikultura dan hasilnya memuaskan.
“MOL terasi sebagai bahan pupuk organik cair telah digunakan oleh banyak petani di Bali, Wonosobo, Sukoharjo, Solo raya, dan daerah lainnya, dan hasilnya memuaskan,” kata Kuntoro di Kantor Pusat Kementan, menjawab pertanyaan beberap media di Jakarta, Senin (31/10/22).
MOL Terasi merupakan larutan hasil fermentasi dari berbagai sumber alami yang mengandung unsur hara makro (Nitrogen, Phospat, dan Kalium), unsur hara mikro (Kalsium, Magnesium, Besi, Mangan, Seng), Zat Pengatur Tumbuh (Auksin, Giberellin, dan Sitokinin), bakteri perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan agen pengendali hama/penyakit tanaman.
MOL dapat digunakan sebagai pupuk organik cair, dekomposer, sekaligus pestisida nabati. Karena bahan-bahan pembuatannya yang berasal dari bahan-bahal alami, MOL Terasi dapat menjadi alternatif dari pupuk dan pestisida kimiawi sintetis yang lebih ramah lingkungan.
Komponen utama dalam MOL terasi terdiri atas mikroorganisme, karbohidrat, dan glukosa. Mikroorganisme dalam MOL berfungsi sebagai penyubur tanah atau bahan untuk mempercepat kompos, Karbohidrat berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme, sementara Glukosa berfungsi sebagai energi bagi mikoorganisme.
Terasi merupakan salah satu sumber mikroorganisme MOL yang mudah untuk didapatkan di warung-warung. Beberapa jenis mikroorganisme yang ada dalam MOL adalah jenis mikroorganisme dalam MOL berupa Saccharomyces sp., Pseudomonas sp., Lactobacillus sp., Azospirillum sp., Azotobacter sp., Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus sp., mikroba pelarut fosfat, dan mikroba selulolisis.
Untuk komponen Karbohidrat dapat diperoleh dari air cucian beras, buah atau sayur busuk, bongol pisang, serta sampah pertanian dan rumah tangga lainnya. Sementara itu komponen glukokosa dapat diperoleh dari cairan gula merah ataupun gula pasir dan air kelapa.
Penyuluh dari BPP Kecamatan Sekolaq Darat, Kalimantan Timur, Tiarma Natalia, menjelaskan cara sederhana yang sudah diaplikasikan untuk membuat MOL dari terasi. Bahan-bahan yang digunakan adalah air cucian beras (1 liter), air kelapa (1 liter), air bersih (1 liter), terasi secukupnya, dan gula merah/gula pasir yang dihaluskan secukupnya.
Cara pembuatannya cukup mudah, Tiarma menjelaskan langkahnya satu persatu. “Campur semua bahan dan aduk rata dalam sebuah wadah berbahan plastik kemudian tutup rapat dengan plastik. Diamkan larutan selama kurang lebih 15-20 hari. Setiap hari tutup dibuka kemudian ditutup lagi untuk mengeluarkan gas yang terbentuk yang cirinya terlihat dari plastik menggembung serta larutan mol berbau menyengat seperti tape. Apabila mol sudah jadi, saring larutan tersebut untuk memisahkan ampasnya,” ucap Tiarma.
Setelah selesai difermentasikan, cara pengaplikasian MOL terasi menurut Tiarma sangat mudah, namun memberikan dampak luar biasa pada tanaman. Cara pengaplikasiannya pun tak jauh berbeda dengan penggunaan pupuk pada umumnya.
“Larutan mol diencerkan dengan air bersih dengan perbandingan 1:20 kemudian di semprotkan ke tanaman atau dikocorkan ke tanah. Mol terasi bermanfaat sebagai penyubur tanah serta memperbaiki struktur tanah karena mengandung banyak mikroba baik yang berperan untuk pengomposan tanah,” ujar Tiarma, dalam siaran pers, Senin (31/10/2022).