Selasa 01 Nov 2022 14:02 WIB

Harga Beras, Tempe dan Tahu Makin Mahal Selama Oktober 2022

Kenaikan harga beras, tempe dan tahu terjadi di saat deflasi terjadi pada Oktober.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang menjual beras dengan berbagai harga
Foto: Republika.co.id
Pedagang menjual beras dengan berbagai harga

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat di tengah melandainya harga sejumlah komoditas pangan hingga mendorong deflasi 0,11 persen bulan Oktober, komoditas beras, tempe dan tahu masih terus meningkat hingga menyumbang inflasi.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, menjelaskan, selama bulan Oktober 2022, beras mengalami inflasi 1,13 persen karena kenaikan harga beras masih berlanjut. Dengan kenaikan itu, beras turut memberi andil inflasi sebesar 0,34 persen.

Baca Juga

"Rata-rata harga beras bulan Oktober sebesar Rp 11.850 per kg atau naik dari periode September sebesar Rp 11.720 per kg," kata Setianto dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/11/2022).

Mengutip data BPS, Kenaikan harga beras sejalan dengan meningkatnya rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di petani dari Rp 5.142 per kg menjadi Rp 5.354 per kg. Begitu pula harga gabah kering giling (GKG) yang naik dari Rp 5.802 per kg menjadi Rp 5.891 per kg.

Sementara itu, harga tempe juga terus meningkat menjadi Rp 12.667 per kg, naik tipis dari bulan sebelumnya Rp 12.421 per kg. Begitu pula dengan harga tahu yang naik menjadi Rp 11.438 per kg dari Rp 11.330 di bulan September lalu.

Musababnya, lantaran harga kedelai sebagai bahan baku yang masih terus mengalami kenaikan. Setianto memaparkan, harga kedelai di bulan Januari lalu masih berada pada kisaran 606 dolar AS per ton dan terus mengalami kenaikan sebesar 664 dolar AS per ton hingga bulan September.

"Harga tempe memberikan andil inflasi 0,007 persen dan tahu juga menyumbang inflasi 0,004 persen," ujarnya.

BPS sebelumnya mencatat terjadi deflasi sebesar 0,11 persen secara bulanan atau month to month (mtm) selama Oktober 2022. Adapun deflasi terjadi disebabkan oleh adanya penurunan sejumlah harga komoditas pangan pokok di bulan lalu.

Setianto, menjelaskan, kelompok pengeluaran utama yang mendorong deflasi yakni dari makanan, minuman dan tembakau yang mengalami deflasi 0,97 persen dan memberi andil deflasi 0,25 persen. "Komoditas utamanya adalah cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, dan telur ayam ras yang mengalami penurunan harga," katanya.

Cabai merah di bulan Oktober mengalami deflasi 2,26 persen mtm dan cabai rawit deflasi 12,69 persen mtm. Adapun untuk daging ayam ras deflasi sebesar 23,4 persen dan telur ayam ras deflasi 8,05 persen setelah bulan lalu mengalami inflasi.

"Harga cabai merah, daging ayam ras, dan cabai rawit mengalami deflasi dua bulan berturut-turut," ujarnya.

Setianto menjelaskan, lantaran terjadi deflasi di bulan Oktober, angka inflasi tahunan turun menjadi 5,71 persen year on year (yoy) dari sebelum di bulan September tembus 5,95 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 4,73 persen year to date (ytd). 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement