EKBIS.CO, JAKARTA -- Perekonomian Indonesia sangat terbantu seiring terselenggaranya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15 dan 16 November mendatang di Bali.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti menyatakan, Presidensi G20 Indonesia berupaya terus mempertahankan tujuan pembangunan global guna mendorong pertumbuhan ekonomi global yang lebih kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.
"Dari sisi finance track, Presidensi G20 Indonesia telah merumuskan enam agenda prioritas yang meliputi exit strategy untuk mendukung pemulihan, mengatasi dampak pandemi untuk mengamankan pertumbuhan dimasa depan, dan sistem pembayaran di era digital”, jelas Destry Damayanti.
Selain itu, lanjut Gubernur Senior BI tersebut, juga sustainability finance, melalui inklusi keuangan digital dan pengembangan UMKM, serta perpajakan internasional. "Keenam agenda itu saya rasa masih relevan pada kondisi saat ini dan juga ke depan, walaupun bisa saja formulasinya berbeda, tapi inti dari permasalahannya kurang lebih akan sama," kata Destry.
Senada dengan Destry, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Hariyadi Sukamdani mengatakan, berbagai kegiatan Presidensi G20 di Indonesia berdampak positif dalam pemulihan ekonomi nasional dan juga memperkenalkan potensi Indonesia di mata internasional.
"KTT G20 akan meningkatkan devisa yang masuk sehingga tercapai pemulihan ekonomi khususnya di kawasan Bali dan sekitarnya, sehingga dunia internasional akan tahu potensi Indonesia, dan secara tidak langsung akan berminat melakukan investasi di Indonesia" ungkap Hariyadi.
Selain pemulihan ekonomi dan promosi potensi Indonesia di internasional, Ketua Umum APINDO tersebut menuturkan manfaat yang didapat Indonesia sebagai Presidensi G20. Indonesia bisa mengambil peran secara proaktif dalam berbagai forum kerjasama internasional sehingga peningkatan hubungan negara antar G20 menjadi lebih baik.
"Meski kondisi geopolitik global masih dibayangi dengan ketidakpastian terutama akibat konflik Rusia dan Ukraina, Presidensi G20 Indonesia harus bisa menjaga konektivitas dan rantai pasok global demi tercipta peningkatan hubungan antar G20 yang menjadi lebih baik dan erat," tutur Hariyadi.
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan Forum G20 berdampak signifikan terhadap pemulihan ekonomi global karena berfokus pada penguatan kerja sama multilateral, deliverables konkret, dan penetapan arah kebijakan ekonomi dan keuangan ke depan.
"Sesuai arahan Presiden, Presidensi G20 Indonesia diharapkan memberi manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia dan dunia serta yang paling penting, meningkatkan peran, profil, dan exposure Indonesia di mata dunia," kata Susiwijono dalam Sharing Session Sherpa Track G20: Mampukah Percepat Pemulihan dan Transformasi Indonesia.
Untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi, pemerintah terus melakukan strategi dan kebijakan utama dalam penanganan pandemi, yakni dengan koordinasi kebijakan fiskal sebagai shock absorber termasuk melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Dalam jangka panjang, untuk mencapai pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, grand strategy yang akan dilanjutkan di tahun 2023 adalah mendorong kembali reformasi struktural, salah satunya melalui implementasi UU Cipta Kerja dan peraturan turunannya," ucapnya.