Jumat 11 Nov 2022 09:00 WIB

KTNA: Food Estate di Kalteng Perlu Dilanjutkan untuk Ketahanan Pangan

Food Estate di Kalteng penting sebagai pengganti penyusutan di Pulau Jawa

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petani mengecek padi rawa di areal ekstentifikasi lahan sawah untuk food estate di Desa Pilang, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Muhammad Yadi Sofyan Noor mengatakan program lumbung pangan (food estate) di Kalimantan Tengah perlu dilanjutkan untuk mencapai ketahanan pangan nasional di masa mendatang. Yadi mengatakan program tersebut penting sebagai pengganti penyusutan dan konversi lahan pertanian di Pulau Jawa.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Petani mengecek padi rawa di areal ekstentifikasi lahan sawah untuk food estate di Desa Pilang, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Muhammad Yadi Sofyan Noor mengatakan program lumbung pangan (food estate) di Kalimantan Tengah perlu dilanjutkan untuk mencapai ketahanan pangan nasional di masa mendatang. Yadi mengatakan program tersebut penting sebagai pengganti penyusutan dan konversi lahan pertanian di Pulau Jawa.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Muhammad Yadi Sofyan Noor mengatakan program lumbung pangan (food estate) di Kalimantan Tengah perlu dilanjutkan untuk mencapai ketahanan pangan nasional di masa mendatang. Yadi mengatakan program tersebut penting sebagai pengganti penyusutan dan konversi lahan pertanian di Pulau Jawa.

"Masukan dari KTNA sebaiknya program food estate dilanjutkan. Program ini penting untuk ketahanan pangan Indonesia ke depan sebagai lumbung pangan dunia, juga membuka lapangan kerja dan kawasan ekonomi baru," katanya.

Dia mengakui program lumbung pangan di Kalimantan Tengah masih membutuhkan perbaikan dalam pelaksanaannya, seperti tata ruang air dan kondisi tanah.

"Sebagian masih dirapikan, termasuk irigasi. PH tanah juga masih asam, perlu pengapuran. Tapi, ada juga yang sudah bagus dan bisa ditanami dengan hasil baik," kata dia.

Selain itu, lanjut Yadi, petani juga masih harus terus didorong untuk mengubah kebiasaan ritme tanam padi, dari yang hanya satu kali dalam setahun diharapkan menjadi lebih sering, yakni dua sampai tiga kali dalam setahun.

"Kebiasaan petani di sana satu tahun hanya satu kali tanam. Jadi, kalau ada tanam kedua, apalagi ketiga, mereka enggan melakukannya. Makanya dengan adanya program food estate ini diharapkan mereka mau menanam serentak yang kedua. Sebagian sudah ada yang mau," jelas Yadi.

Sebelumnya, Ketua Kelompok Tani Sumber Rezeki Blanti Siam, Pulang Pisang, Kalimantan Tengah, Hartoyo mengakui program lumbung pangan di wilayahnya memberi banyak manfaat, termasuk dari sisi pendapatan.

"Jadi kemarin sebelum ada food estate, padi basah istilahnya atau gabah kering panen, belum ada yang beli. Nah, setelah ada food estate mulai ada yang beli. Itu semenjak jalan transportasi bagus. Petani mau jemur sendiri, mau dijual basah kan terserah petani," jelas Hartoyo.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement