Selasa 29 Nov 2022 10:37 WIB

Bidik Dana Rights Issue Rp 4,13 Triliun, BTN Roadshow ke Investor Tiga Negara

BTN menyebut investor antusias dengan strategi perseroan tingkatkan profitabilitas

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan Bank BTN melayani nasabah di Kantor Cabang Jakarta Harmoni, Senin (5/9/2022). Dalam rangka Hari Pelanggan Nasional, jajaran Direksi dan Komisaris Bank BTN terjun langsung melayani para nasabah di beberapa Kantor Cabang perseroan. Bank BTN juga memberikan beragam kejutan menarik mulai dari pemberian voucher, bonus poin spekta, hingga diskon biaya provisi, administrasi, dan asuransi untuk debitur yang akad di bulan September 2022. Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan Bank BTN melayani nasabah di Kantor Cabang Jakarta Harmoni, Senin (5/9/2022). Dalam rangka Hari Pelanggan Nasional, jajaran Direksi dan Komisaris Bank BTN terjun langsung melayani para nasabah di beberapa Kantor Cabang perseroan. Bank BTN juga memberikan beragam kejutan menarik mulai dari pemberian voucher, bonus poin spekta, hingga diskon biaya provisi, administrasi, dan asuransi untuk debitur yang akad di bulan September 2022. Prayogi/Republika.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk merampungkan roadshow ke investor institusi terkait penerbitan saham baru lewat rights issue ke sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Eropa dan Singapura. Hal ini mengingat perseroan akan melakukan rights issue pada Desember 2022 dengan membidik dana segar Rp 4,13 triliun.

Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan investor antusias dengan berbagai inisiatif strategis perseroan dalam meningkatkan profitabilitas sekaligus mewujudkan visi besar menjadi mortgage digital bank terbesar di kawasan. 

“Berbagai pertanyaan yang mereka ajukan menunjukkan bahwa kami memang sudah lama tidak berdiskusi dan menyampaikan business updates ke investor global. Mereka cukup surprise dengan sejumlah perbaikan dan pencapaian BTN,” ujarnya, Selasa (29/11/2022).

Menurutnya selama ini investor asing melihat masalah likuiditas, struktur biaya dana dan rasio pembiayaan bermasalah sebagai tantangan utama bank. Nixon menyebut investor cukup terkejut bahwa transformasi yang dilakukan BTN selama tiga tahun terakhir telah mengubah fundamental perseroan secara signifikan.

"BTN memang berhasil menekan rasio pembiayaan bermasalah, meningkatkan porsi dana murah, dan menjaga rasio intermediasi secara konsisten berada ambang batas yang ideal. Alhasil, laba bersih perseroan terus meningkat," ucapnya.

Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 2,28 triliun atau tumbuh 50,11 persen secara tahunan. Dari sisi kredit tumbuh 7,18 persen secara tahunan menjadi Rp 289,6 triliun per September 2022.

“Fokus manajemen pada pertumbuhan kredit yang berkualitas berdampak positif ke rasio pembiayaan bermasalah. Sentralisasi proses kredit membuat rasio pembiayaan bermasalah gross per kuartal III berada level 3,45 persen, lebih rendah dari sebelumnya di level 3,94 persen, sedangkan rasio pembiayaan bermasalah nett sebesar 1,23 persen, turun dari posisi 1,50 persen,” ucapnya.

Dari sisi funding, perseroan mencatat dana murah sebesar Rp 143,59 triliun atau tumbuh 18,7 persen dibandingkan September 2021 sebesar Rp 120,96 triliun. Adapun dana murah berkontribusi 45 persen terhadap total dana pihak ketiga senilai Rp 312,84 triliun. 

“Kenaikan dana murah berhasil menekan biaya dana atau cost of fund per September 2022 menjadi 2,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,28 persen,” ucapnya.

Nixon menjelaskan investor juga optimistis dengan prospek pembiayaan properti di tanah air sekalipun terdapat tantangan inflasi, suku bunga dan daya beli. Adapun optimisme muncul setelah diberikan pemahaman tentang bisnis model dan segmen pasar yang dilayani perseroan.

“Investor mengapresiasi komitmen perseroan yang akan menggunakan seluruh dana hasil rights issue untuk meningkatkan penyaluran kredit,” jelasnya.

Angka backlog perumahan sebanyak 12 juta unit itu merupakan peluang yang sangat menarik dan mayoritas diwakili oleh masyarakat berpenghasilan rendah yang selama ini menjadi target pasar perseroan. Menurutnya posisi perseroan sebagai tulang punggung pemerintah dalam program kredit pemilikan rumah bersubsidi meningkatkan keyakinan investor terhadap prospek pertumbuhan perseroan.

“Setelah menuntaskan kunjungan ke investor institusi di sejumlah negara, perseroan optimistis rights issue akan menuai apresiasi positif dari pelaku pasar,” ucapnya.

Atas dasar itu, perseroan akan menetapkan harga pelaksanaan kisaran premium namun tetap mempertimbangkan potensi cuan bagi investor. "Angka persisnya tunggu informasi resmi yang akan kami sampaikan di prospektus final. Kisi kisinya, kami akan memberikan diskon sekitar 15 sampai 20 persen dari harga saham atau PBV terakhir,” ucapnya.

Pada akhir pekan lalu, saham BTN ditutup level 1.525, mencerminkan PBV 0,76x. Artinya, 1x nilai buku BTN berada level Rp 2.040. Analis menilai valuasi saham BTN kemurahan dan belum mencerminkan fundamentalnya. Maka itu, sejumlah sekuritas memberikan rekomendasi beli dengan target harga rata rata di atas Rp 1.900.

Terakhir, RHB Sekuritas menyematkan buy BTN dengan target harga Rp 2.450, sementara Bahana Sekuritas menetapkan Rp 1.950. Sebelumnya, BRI Danareksa dan MNC Sekuritas juga menyarankan beli dengan target harga di atas Rp 2.200.  

Sementara itu Analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso dan Andrey Wijaya menambahkan masuknya dana segar baru dari pelaksanaan rights issue akan meningkatkan capital adequacy ratio menjadi 19 sampai 20 persen dibandingkan per September 2022 sebesar 17,3 persen. 

“Kami memperkirakan masuknya dana baru akan memperkuat kemampuan perseroan untuk mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan. Apalagi pemerintah merencanakan peningkatan pemberian subsidi pembelian rumah bagi 200 ribu unit tahun 2023, dibandingkan target tahun 2022 sekitar 168.000,” ucapnya.

RHB Sekuritas juga memberikan pandangan positif terhadap persetujuan penjualan aset-aset yang tidak produktif atau rasio pembiayaan bermasalah secara bulk sales lewat skema asset swap atau tukar guling aset dengan surat berharga. Sebab, aksi ini diprediksi bisa membebaskan biaya provisi perseroan senilai Rp 700 miliar, menurunkan rasio pembiayaan bermasalah berkisar 0,06 persen, dan loan to risk sebesar 0,18 persen. 

“Perseroan telah mendapatkan persetujuan untuk menjual aset senilai Rp 1,1 triliun dengan target transaksi tuntas pada kuartal terakhir tahun ini. Penjualan aset dengan cara bulk sales lewat skema asset swap dengan surat berharga,” ucapnya.

Terkait pertumbuhan kredit tahun ini, dia memprediksi sembilan sampai 10 persen. Adapun target tersebut didasarkan pencapaian kredit perseroan yang tumbuh baik per September 2022, yaitu pertumbuhan kredit pemilikan rumah bersubsidi sebesar 8,5 persen. Begitu juga kredit pemilikan rumah non subsidi sebesar 20,4 persen. RHB Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.450 per saham.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement