EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (NFA) terus mengampanyekan sorgum sebagai alernatif pangan untuk mengurangi ketergantungan pada pangan pokok beras hingga gandum impor.
“Sosialisasi tentang potensi pangan alternatif seperti sorgum sangat penting, sehingga masyarakat semakin aware bahwa selain nasi ada sumber pangan lain yang memiliki kandungan gizi, nutrisi, serta rasa yang tidak jauh berbeda dengan nasi dan gandum, bahkan lebih menyehatkan karena bebas gluten,” kata Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, dalam keterangan resminya, diterima Republika, Senin (5/12/2022).
Salah satu kampanye itu dilakukan lewat kerja sama antara Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama Kantor Staf Presiden (KSP) gelaran “Food Truck Sorghum”, pada Ahad (4/12/2022), di Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta.
Kegiatan itu turut didukung Indonesian Chef Association (ICA) dan Koperasi Sorghum Nusantara Jaya. Bertujuan untuk membangun ketertarikan, kepedulian, dan pengetahuan masyarakat terhadap potensi sorgum sebagai pengganti nasi yang juga bisa dioptimalkan sebagai substitusi tepung gandum (terigu).
Arief berharap, dengan menggandeng ICA, diharapkan menu-menu berbahan dasar sorgum semakin marak diperkenalkan di industri food and beverage sehingga semakin mudah ditemukan masyarakat.
“Dengan begitu ekosistem sorgum akan semakin kuat, ditopang pangsa pasar dan aktivitas hilirisasi yang semakin meningkat. Dengan pasar yang tersedia diharapkan para petani semakin bersemangat menanam sorgum dan produksi sorgum nasional terus tumbuh,” ungkapnya.
Arief mengatakan, saat ini pemerintah memang tengah fokus melakukan pengembangan pangan lokal untuk menekan ketergantungan terhadap nasi dan komoditas pangan impor seperti gandum.
Ia mengatakan, salah satu komoditas serelia yang paling berpotensi adalah sorgum, pasalnya komoditas ini memiliki kandungan gizi yang tinggi dan tepungnya potensial untuk dikembangkan sebagai substitusi tepung terigu yang saat ini masih bergantung pada impor.
Berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) Kemenkes, dari setiap 100 gram sorgum mengandung energi 366 Kalori, Protein 11 gram, Karbohidrat 73 gram, Lemak 3,3 gram, dan Serat 1,2 gram. “Biji sorgum memiliki kualitas gizi sebanding dengan jagung dan beras, bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi jika dibandingkan keduanya, meskipun kandungan lemaknya lebih rendah,” kata Arief.
Dari sisi pembudidayaannya, Arief menambahkan, sorgum dianggap sebagai tanaman masa depan karena dapat tumbuh dan beradaptasi dalam rentang iklim yang luas, serta membutuhkan air yang relatif sedikit atau toleran terhadap kekeringan. Beberapa wilayah di Indonesia saat ini mulai mengembangkan tanaman sorgum.
"Misalnya di beberapa propinsi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Tanaman sorgum dapat ditaman ketika telah berumur 3 hingga 4 bulan, tergantung varietas tanamannya," ujarnya.
Sementara itu, Kepala KSP, Moeldoko mengatakan, sorgum dapat dijadikan pangan alternatif untuk mengantisipasi anomali cuaca yang mengakibatkan kekeringan, mengingat sumber pangan ini memiliki kelebihan dapat tumbuh di lahan yang kering dengan kadar air yang minim.
“Apabila fenomena el nino atau musim kering datang bisa mengakibatkan krisis pangan, maka untuk mengantisipasi jauh-jauh hari kita sudah mengenalkan sorgum sebagai alternatif, karena sorgum itu tidak perlu banyak air dalam proses tanamnya,” ujarnya.
Ia meyakinkan, masyarakat tidak perlu ragu menanam sorgum karena selain untuk pangan, sorgum bisa dimanfatkan sumber energi dan pakan. Saat ini pihaknya tengah membangun ekosistem sorgum secara bertahap, dengan menyiapkan offtaker, industri, budidaya, dan riset tentang sorgum.