EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia dibuka melemah 51,55 poin atau 0,74 persen ke posisi 6.935,78. IHSG tampak melanjutkan tren penurunan setelah sehari sebelumnya, Senin (5/12/2022) dibuka melemah 31,94 poin atau 0,45 persen di posisi 6.988, dan ditutup di posisi level 7.017,74.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 10,18 poin atau 1,04 persen ke posisi 968,98. BNI Sekuritas bahkan menilai IHSG berpeluang mengalami penurunan terbatas untuk rebound dalam pola konsolidasi pada perdagangan Selasa (6/12). Potensi ini tercermin dari candle inside day & di atas support line.
IHSG masih berada dalam trend bullish selama di atas 6.995. Secara teknikal, indikator MACD netral, stochastic mendekati oversold, di atas support 6.980 - 6.955, candle inside day.
IHSG masih berpeluang rebound dengan target 7.091 (tercapai), 7.135, 7.280 jika bisa ditutup harian di atas 6.955. Namun jika gagal mencapai yarget, indeks rawan menuju 6.955, 6.894.
“Resistance pada perdagangan Selasa (6/12) berada di 7.024, 7.081, 7.107, 7.135 dengan support 6.967, 6.955, 6.910, 6.887. Perkiraan range pada perdagangan hari ini 6.940 - 7.040,” tulis Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas Andri Zakarias Siregar.
Kemarin, bursa Asia Pasifik mencatat pergerakan variatif. Sebagian besar bursa regional Asia Pasifik mencatat penguatan, bahkan Hang Seng naik sangat signifikan sebesar 4,51 persen, diikuti oleh SSE Composite Index sebesar 1,76 persen.
Beijing dan Shenzhen mengatakan mereka akan mencabut kewajiban penumpang yang mengharuskan untuk menunjukkan hasil tes Covid negatif sebelum melakukan perjalanan. Di sisi lain IHSG dan Kospi Composite Index terkoreksi.
Dari Amerika Serikat (AS), Dow Jones Industrial Average mencatat penurunan yang signifikan sebesar 1,40 persen, begitu juga dengan S&P 500 yang terkoreksi 1,79 persen. Nasdaq melemah lebih dalam sebesar 1,93 persen.Penurunan indeks terjadi di tengah kekhawatiran investor bahwa The Fed dapat terus melakukan pengetatan sampai dapat mendorong ekonomi ke arah resesi.