EKBIS.CO, JAKARTA -- Indonesia dan Korea Selatan menjalin kerja sama komprehensif dalam upaya meningkatkan pembangunan dan perekonomian kedua negara. Kolaborasi bilateral ini telah memiliki sejarah panjang, yang akan genap mencapai 50 tahun tepat pada 2023 nanti.
“Kerja sama ini juga terkait pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri. Hal itu direalisasikan oleh Kementerian Perindustrian RI melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Ulsan College dan Kocham di Indonesia,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Arus Gunawan di Jakarta, Senin (12/12).
Ia menjelaskan, dalam MoU tersebut, di antaranya telah disepakati kerja sama pelatihan antara Ulsan College dan Kocham bersama Balai Diklat Industri Kemenperin dan PIDI 4.0. Selain itu, kerja sama pendidikan antara Ulsan College dengan Politeknik Kemenperin.
“Programnya meliputi sertifikat kompetensi, pendidikan untuk ASN Kemenperin, program akademik jangka pendek khusus atau program budaya, hingga penelitian dan publikasi bersama,” ujarnya. Arus menyebutkan, Kemenperin memiliki 11 Politeknik, dua Akademi Komunitas, sembilan Sekolah Menengah Kejuruan, dan tujuh Balai Diklat Industri yang setiap tahun menghasilkan ribuan SDM kompeten dan siap kerja.
"Kami berharap dari MoU ini akan lahir banyak kesempatan penyerapan tenaga kerja. Baik di Indonesia dan Korea Selatan serta peningkatan keahlian teknologi dan manajemen Indonesia dari benchmarking Korea Selatan,” tuturnya.
Kerja sama mencakup pula pengembangan tenaga kerja dan kerja sama ketenagakerjaan di Indonesia dan Korea Selatan, pertukaran informasi dan materi yang menjadi kepentingan bersama, termasuk kunjungan benchmarking serta pertukaran tenaga ahli, modul pembelajaran, kurikulum, teknologi, dan tenaga teknis terkait transformasi industri 4.0. “Penandatanganan MoU ini adalah langkah awal yang tentunya perlu ditindaklanjuti dengan rencana teknis yang disepakati oleh tim teknis kedua pihak agar terlaksana,” lanjut Arus.
Sebelumnya, Kemenperin telah menjalin kerja sama strategis dengan Korea Selatan di bidang pengembangan pusat teknologi alat-alat permesinan di Bandung, Jawa Barat. Antara lain dengan Korea Institute for Advancement of Technology (KIAT). Selain itu, aktivitas kerja sama terkait industri 4.0 dengan NRC, pembangunan smart factory dan test bed di PIDI 4.0 dengan KITECH, ILJOO GnS dan Gachon University.
“Dalam lingkup berbagai kerjasama tersebut, telah ada beberapa kerjasama yang sedang berjalan di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin. Di antaranya kerjasama terkait pengembangan pusat ekosistem startup di PIDI 4.0 yang didukung oleh STEPI serta pengenalan ICT practical enterprise di Indonesia untuk pendidikan vokasi yang didukung KRIVET, keduanya merupakan afiliasi lembaga riset NRC,” tuturnya.
Staf Ahli Menteri Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kemenperin Andi Rizaldi mengapresiasi kerja sama tersebut. “MoU Perkembangan Eco-Industrial Park (EIP) Model Korea di Indonesia dapat mempercepat transformasi Industrial Estates di Indonesia menuju Eco-Industrial Park,” jelas dia.
Dalam bidang investasi, Korea Selatan telah menggelontorkan dananya di Indonesia sebesar 8,18 miliar dolar AS sepanjang 2017 sampai 2021. Nilai tersebut menunjukkan, Korea Selatan menjadi investor terbesar ketiga di Indonesia.
Bahkan, saat kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Korea Selatan pada Juli 2022, telah ditandatangani kesepakatan kerja sama dalam pengembangan Ibu Kota Nusantara. Investasi yang akan dikucurkan Negeri Ginseng sebesar 6,37 miliar dolar AS, dengan target penyerapan tenaga kerja lebih dari 58 ribu orang.