EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah 19,45 poin atau 0,28 persen ke posisi 6.831,07, Kamis (29/12/2022). Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 4,06 poin atau 0,43 persen ke posisi 929,63.
BNI Sekuritas memprediksi IHSG mengalami penurunan terbatas pada Kamis (29/12). Pelemahan ini tercermin dari IHSG yang berada dalam konsolidasi, dari pola konsolidasi & candle bearish harami.
IHSG berada dalam trend bullish, selama di atas 6.885. Secara teknikal, indikator MACD bearish, Stochastic death cross, candle bearish harami. IHSG masih berpeluang koreksi dengan target 6.784, 6.715 jika ditutup harian di bawah 6.855. Namun jika berhasil rebound, IHSG berpeluang menuju 6.820 (tercapai), 6.885 (tercapai), 6.982.
“Level resistance pada Kamis (29/12) berada di 6.884, 6.934, 6.982, 7.007 dengan support 6.824, 6.792, 6.745, 6.715. Perkiraan range pada hari ini berada di rentang 6.800 - 6.900,” ungkap Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas Andri Zakarias Siregar.
Pada perdagangan kemarin, bursa regional Asia Pasifik mengalami pergerakan yang bervariasi. Hang Seng membukukan kenaikan signifikan didorong oleh rencana China untuk menghentikan persyaratan karantina bagi pengunjung dari luar negeri.
Nikkei terkoreksi setelah Bank of Japan (BoJ) menerbitkan risalah dari pertemuannya pekan lalu yang secara tak terduga memperlebar kisaran target yield obligasi pemerintah Jepang. Hong Kong akan umumkan neraca perdagangan per November 2022 pada hari ini.
Dari Amerika Serikat (AS), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 1,10 persen, begitu juga dengan S&P 500 yang melemah 1,20 persen. Sementara indeks Nasdaq turun lebih dalam sebesar 1,35 persen.
Saham Apple turun dan mencapai titik terendah dalam 52 minggu terakhir. Saham sektor energi yang tercatat di S&P 500 juga mengalami koreksi seiring dengan penurunan harga minyak dan gas alam.
Bursa Eropa ditutup variatif di mana FTSE 100 menguat namun di sisi lain DAX Performance Index dan CAC 40 terkoreksi karena investor melihat pembukaan kembali China dan tantangan di tahun 2023.