EKBIS.CO, SINGAPURA -- Harga minyak mentah dunia mengalami penguatan pada Senin (9/1/2023) pagi. Hal ini menyusul respons Pemerintah China yang melakukan pembatasan penyaluran untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah acuan Brent dibanderol 79,10 dolar AS per barel atau naik 0,7 persen dibandingkan penutupan pekan lalu. Sedangkan, acuan WTI berada di level 74,23 dolar AS per barel atau naik 0,6 persen dibandingkan penutupan pekan lalu.
Acuan Brent dan WTI sempat anjlok hingga 8 persen pada pekan lalu. Hal ini menjadi catatan sejarah baru setelah harga minyak dunia bertengger di atas 100 dolar AS per barel sepanjang tahun 2022 kemarin.
China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, membuka perbatasannya pada hari Sabtu untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, mendukung prospek permintaan bahan bakar transportasi.
Selain kebijakan China, kenaikan harga minyak mentah ini juga merespon kondisi pasar atas kenaikan suku bunga AS yang kurang agresif. Hal ini mendorong pasar untuk menekan dolar dan memengaruhi harga komoditas.
"Minyak mentah berjangka mengalami kerugian mingguan terbesar dalam sebulan akibat kekhawatiran resesi karena harga minyak telah berkorelasi positif dengan inflasi sejak 2022, meskipun pembukaan kembali China dapat menahan penurunan dalam waktu dekat," kata analis CMC Markets, Tina Teng, dalam sebuah catatan.
Di Beijing, sekitar dua miliar perjalanan diperkirakan terjadi selama musim Tahun Baru Imlek, hampir dua kali lipat pergerakan tahun lalu dan pulih ke 70 persen dari level 2019. Namun, masih ada kekhawatiran bahwa arus besar wisatawan dapat menyebabkan lonjakan infeksi lain dan membatasi pemulihan aktivitas ekonomi China.
Energi berjangka untuk minyak mentah, produk olahan dan gas alam anjlok pada tahun baru karena para pedagang telah mempertimbangkan kembali kekhawatiran jangka pendek atas cuaca dingin dan kekhawatiran kekurangan pasokan.
Pekan lalu, perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi sebanyak tujuh, penurunan mingguan terbesar sejak September 2021, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co, Jumat (7/1/2023).