EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga ayam di tingkat peternak kembali anjlok hingga di bawah biaya produksi sementara harga jual ayam di pasar tetap stabil. Para peternak pun menyayangkan adanya disparitas harga yang tinggi dalam perdagangan ayam di Indonesia.
"Yang menjadi masalah itu di peternak rugi tapi di konsumen tetap saja harga stabil," kata Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN), Alvino Antonio dalam aksi demonstrasi di Kantor Kementerian Perdagangan, Selasa (10/1/2023).
Mengutip data Kemendag, rata-rata nasional harga daging ayam ras hingga Senin (9/1/2023) sebesar Rp 36.300, tidak jauh dari harga acuan pemerintah sebesar Rp 36.750 per kg.
Sementara, harga daging ayam ras level peternak, menurut Alvino, anjlok hingga kisaran Rp 15 ribu per kg hingga Rp 18 ribu per kg, di bawah harga acuan pemerintah sebesar Rp 21 ribu per kg - Rp 23 ribu per kg.
Harga jual ayam dari peternak juga di bawah biaya produksi yang harus dikeluarkan yang saat ini berkisar Rp 19.500 per kg hingga Rp 20.500 per kg.
"Faktanya, menjelang tahun baru harga ayam turun di kandang, tapi di konsumen tetap mahal," ujar dia.
Alvino menilai, fluktuatif harga ayam di kandang yang merugikan peternak bukan diakibatkan over suplai. Pasalnya, produksi ayam peternak tak pernah tersisa dan selalu habis diserap pasar. Asalkan, peternak menjual sesuai harga pasar yang amat rendah.
"Seharusnya kalau over suplai itu ayam dibuang-buang atau dikasih makan ke binatang. Sekarang, di kandang ada berapapun habis selama kita bisa menjual sesuai harga pasar," katanya.
Pihaknya pun meminta agar pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan dapat melakukan intervensi atas persoalan menahun yang tak kunjung usai.
Di sisi lain, ia meminta adanya langkah dari Badan Pangan Nasional sebagai regulator yang menetapkan harga acuan pangan.
"Memang tidak ada perhatian, sebenarnya sudah ada aturan yang itu kalau dijalankan tidak ada kegiatan (demo) seperti ini asalkan semua taat," tegasnya.