Jumat 20 Jan 2023 19:53 WIB

Mengenal Wabah Lumpy Skin Disease Ternak yang Merebak di Indonesia

Wabah LSD merebak di sejumlah daerah di Indonesia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Peternak melintas di samping sapi yang dijual di Pasar Hewan Ngawi, Jawa Timur, Jumat (20/1/2023). Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim meminta para peternak dan pedagang sapi mewaspadai merebaknya virus LSD.
Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto.
Peternak melintas di samping sapi yang dijual di Pasar Hewan Ngawi, Jawa Timur, Jumat (20/1/2023). Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim meminta para peternak dan pedagang sapi mewaspadai merebaknya virus LSD.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Wabah penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) kembali merebak di sejumlah daerah. Meski tak semenakutkan dari wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), wabah LSD dapat menekan usaha peternakan sapi rakyat di dalam negeri.

LSD merupakan virus dan memiliki gejala mirip seperti penyakit cacar air namun diidap oleh ternak. Seperti halnya PMK, virus LSD bukan merupakan penyakit zoonosis alias tak menular ke manusia.

Baca Juga

Penyakit kulit ternak ini resmi dinyatakan masuk ke Indonesia sejak awal 2022 lalu bersamaan dengan Singapura. Menurut Ketua Umum Perhimpinan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Muhammad Munawaroh, menuturkan, wabah LSD mulai menyebar di kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Eropa sejak 2012.

Kemudian, terus meluas ke wilayah China, Bangladesh, dan India sejak 2019 dan masuk ke Thailand, Kamboja, Laos, Malaysia mulai 2021.

Mengutip penjelasan dari laman resmi Kementerian Pertanian, penyakit LSD umumnya hanya menyerang hewan ternak sapi dan kerbau. Adapun, penyakit ini disebabkan oleh virus LSD yang merupakan virus dengan genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae.

LSD dapat ditularkan secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung bisa melalui kontak dengan lesi kulit. Selain itu juga dapat melalui darah, air liur, susu, leleran hidung dan mata ternak, hingga semen. Secara tidak langsung LSD dapat menular lewat peralatan di kandang yang telah terkontaminasi virus.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan, Nasrullah dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR, Senin (16/1/2023) lalu, mengatakan, belum ada vaksin LSD yang dibuat di dalam negeri.

Ia mengaku sejak awal kemunculannya, Kementan memang lebih fokus pada penanganan wabah PMK yang cukup cepat dan terus meluas. Namun, sejauh ini Nasrullah memaparkan setidaknya sudah 11 provinsi yang terpapar wabah LSD yakni Aceh, Bengkulu, Jambi, Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.

"Jumlah kasus ada 12.253 (ternak)," kata Nasrullah.

Nasrullah mengatakan, satu-satunya cara pengendalian LSD hanya dengan vaksin. Namun, dengan anggaran yang dimiliki saat ini baru dapat disediakan sekitar 400 ribu dosis vaksin LSD.

"(Vaksinasi) sudah sejak tahun lalu, lalu sudah tersedia bantuan dari Australia 400 ribu dosis dan dijanjikan akan ditambah," katanya.

Sementara menunggu vaksinasi, terdapat sejumlah cara yang bisa dilakukan sebagai langkah pencegahan. Di antaranya pembatasan impor ternak, karkas, kulit, dan semen serta pembatasan pergerakan ternak dari dan ke daerah tertular.

Selain itu, pembuangan hewan mati harus dilakukan secara benar dengan pembersihan serta desinfeksi area sanitasi kandang. Penggunaan jarum suntik sekali pakai juga bisa dipakai untuk mencegah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement