Tahun lalu, Amerika Serikat (AS) melayangkan kritik keras kepada Saudi menyusul keputusan OPEC+ memangkas produksi minyak hingga 2 juta barel per hari (bph). Pemerintahan Presiden AS Joe Biden bahkan sempat mengumumkan akan meninjau kembali hubungan dengan Saudi.
“Kami sedang meninjau di mana kami berada; kami akan mengawasi dengan cermat, berbicara dengan mitra dan pemangku kepentingan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, 11 Oktober 2022 lalu.
Dia mengungkapkan, sebelumnya Biden telah berbicara tentang perlunya “mengkalibrasi ulang” hubungan dengan Saudi untuk melayani AS lebih baik. Menurut Price, posisi tersebut terbentuk menyusul langkah OPEC+ memangkas produksi minyak hingga 2 juta bph. “Prinsip panduan kami adalah memastikan bahwa kami memiliki hubungan yang melayani kepentingan kami. Ini bukan hubungan bilateral yang selalu melayani kepentingan kami,” ucap Price.
Sebelumnya AS pun menuding OPEC+ “bersekutu” dengan Rusia terkait pemangkasan produksi minyak. Sementara itu, Saudi membela keputusan OPEC+ memotong kuota produksi minyak. Riyadh membantah terdapat motif politis di balik langkah tersebut. “Keputusan OPEC+ murni ekonomi dan diambil dengan suara bulat oleh negara-negara anggota. Anggota OPEC+ bertindak secara bertanggung jawab dan mengambil keputusan tepat,” kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, 11 Oktober 2022 lalu.
OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi minyak hingga 2 juta bph setelah mereka melangsungkan pertemuan di Wina, Austria, 5 Oktober 2022 lalu. Jumlah tersebut setara dengan dua persen dari pasokan global. Keputusan pemangkasan produksi diambil dengan pertimbangan untuk menanggapi kenaikan suku bunga di Barat dan ekonomi global yang lebih lemah.