EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan ekonomi syariah pada 2023 akan tumbuh positif dan mendukung perekonomian nasional. Deputi Gubernur BI Juda Agung mengungkapkan hal tersebut terlihat dari proyeksi halal value chain dan pembiayaan perbankan syariah.
"Pada 2023 kami perkirakan sektor prioritas halal value chain akan 4,5 persen sampai 5,3 persen," kata Juda dalam Sharia Economics and Financia Ourlook (Shefo) 2023 di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Selain itu, Juda juga memproyeksikan perbankan pembiayaan syariah juga memiliki prospek positif pada tahun ini. Dia mengatakan, BI memproyeksikan pembiayaan berbankan syariah akan tumbuh 14-16 persen pada 2023.
Juda mengungkapkan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia memiliki potensi yang besar. Untuk itu, dia menegaskan, penguatan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah perlu dilakukan.
Dari sisi aspek ekosistem halal, Juda menuturkan halal value chain perlu dikuatkan melalui model bisnis syariah. "Penguatan infrastruktur dan lembaga utamanya mengakselerasi proses sertifikasi halal. Kami di BI fokus dalam pengembangan sektor unggulan makanan halal, fesyen Muslim, dan pariwista ramah Muslim," jelas Juda.
Penguatan tersebut perlu dilakukan karena menurut State of the Global Islamic Economi (SGIE) Report 2022, ekonomi syariah Indonesia masih menduduki ranking empat di bawah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Lalu dari sektor makanan halal, Indonesia sudah menempati raking kedua namun untuk daging halal masih jauh. Sementara di sektor fesyen Muslim, Indonesia menempati ranking tiga namun sektor traveling, Indonesia masih belum masuk 10 besar.
"Jadi ini tantangan yang harus kita respons segera kalau kita ingin mengakselerasikan ekonomi dan keuangan syariah," jelas Juda.
Meskipun begitu, Juda optimistis pada 223 ekonomi syariah akan terus tumbuh. Dia memproyeksikan, pertumbuhan itu akan didorong oleh kinerja sektor pertanian dan pariwisata ramah Muslim dengan dukungan pembiayaan syariah yang terus meningkat serta sinergi antara stakeholders.