Senin 13 Feb 2023 10:40 WIB

Rupiah Tergelincir Seiring Perkembangan Data Ekonomi AS yang Kuat

Membaiknya data ekonomi AS menimbulkan dugaan The Fed masih akan menaikkan suku bunga

Red: Fuji Pratiwi
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022) (ilustrasi). Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Senin (13/2/2023) tergelincir seiring perkembangan beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat atau membaik.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022) (ilustrasi). Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Senin (13/2/2023) tergelincir seiring perkembangan beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat atau membaik.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Senin (13/2/2023) tergelincir seiring perkembangan beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat atau membaik.

Kurs rupiah pada Senin dibuka melemah 64 poin atau 0,42 persen ke posisi Rp 15.198 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.134 per dolar AS.

Baca Juga

"Rupiah kembali menyentuh ke atas 15.100 atau melemah terhadap dolar AS karena lebih dipengaruhi oleh sentimen eksternal," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri dilansir Antara di Jakarta, Senin (13/2/2023).

Pelemahan rupiah terjadi terutama setelah dolar AS kembali diminati pasar dan indeks dolar AS yang kembali meningkat ke level 103-104 yang mengindikasikan penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama.

Reny menuturkan, setelah rilis data tenaga kerja AS yang menunjukkan perbaikan secara konsisten, dolar AS kembali menguat. Tingkat pengangguran AS tercatat 3,4 persen pada Januari 2023 yang merupakan level terendahnya selama 53 tahun sejak 1969.

Selain itu, data ketenagakerjaan nonpertanian atau non-farm payrolls (NFP) AS meningkat dua kali lipat dari ekspektasi pasar.

Menurut Reny, perkembangan data ekonomi AS yang lebih kuat itu menimbulkan spekulasi di pasar bahwa Bank Sentral AS (The Fed) masih akan meningkatkan suku bunga acuannya pada tahun ini sampai inflasi AS benar-benar menuju target dua persen. Sementara bagi rupiah, kondisi tersebut menjadi sentimen negatif.

Reny memproyeksikan pergerakan nilai tukar rupiah hari ini akan berada pada level Rp 15.050 per dolar AS sampai dengan Rp 15.175 per dolar AS.

"Sebagai pelaku pasar, tentunya kita harus dapat mengantisipasi faktor risiko seperti perubahan policy stance dari The Fed yang akan menimbulkan capital flight dan juga pelemahan perekonomian global," ujarnya.

Pada Jumat (10/2/2023), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup turun 37 poin atau 0,25 persen ke posisi Rp 15.134 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.097 per dolar AS.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement