EKBIS.CO, JAKARTA -- Perum Bulog telah menyelesaikan proses importasi beras sebanyak 500 ribu ton dari sejumlah negara. Diharapkan tambahan pasokan impor tersebut dapat meredam gejolak harga yang masih terjadi di tengah masyarakat.
Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal, mengatakan, sejak Kamis (16/2/2023) seluruh posisi kapal yang membawa beras pesanan Bulog telah sandar di pelabuhan.
"Tinggal tunggu antrean bongkar, karena sering hujan jadi sedikit tertunda proses pembongkaran di pelabuhan," kata Awaluddin kepada Republika.co.id, Ahad (19/2/2023).
Adapun ia mencatat, jumlah beras yang masih menunggu antrean bongkar sekitar 80 ribu ton. Nantinya, beras-beras yang tersebar di sejumlah titik pelabuhan akan langsung dikirim ke gudang untuk selanjutnya digunakan dalam operasi pasar.
Seperti diketahui, Bulog memulai proses importasi sejak Desember lalu yang dan didatangkan dari Vietnam, Thailand, Pakistan, dan Myanmar. Adapun beras-beras tersebut masuk melalui 14 titik pelabuhan di Indonesia.
Sementara itu, Awaluddin menambahkan terhitung sejak 1 Januari hingga pertengahan Februari 2023, total realisasi operasi pasar beras sudah tembus 315 ribu ton.
Upaya operasi pasar akan terus dilakukan, tak hanya menjangkau pasar tradisional namun juga retail modern dengan harga sesuai harga eceran tertinggi (HET) beras medium.
Mengacu kepada Permendag 57 Tahun 2017, HET beras medium di zona I yakni wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi sebesar Rp 9.450 per kg.
Sementara itu di zona II yakni Sumatera selain Lampung dan Sumsel, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan sebesar Rp 9.950 per kg. Adapun di zona II Maluku dan Papua sebesar Rp 10.250 per kg.
Sebelumnya Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, meminta Bulog menyelesaikan impor beras pada medio Februari. Pasalnya, para petani padi bakal mulai memasuki musim puncak panen di bulan Maret sehingga diharapkan harga dalam negeri tak terganggu oleh beras impor.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo memastikan produksi dan ketersediaan beras dalam negeri dalam kondisi aman menjelang bulan Ramadhan. Berdasarkan proyeksi Kerangka Sampel Area Badan Pusat Statistik (BPS) produksi beras nasional pada bulan Februari 2023 sebesar 3,21 juta ton sedangkan konsumsi berkisar 2,51 juta ton sehingga terdapat surplus 720 ribu ton.
Sementara itu, pada bulan Maret produksi beras diproyeksikan sebesar 5,91 juta ton karena puncak panen raya. Dengan angka konsumsi yang sama ditambah dengan surplus bulan Februari, diprediksi total surplus beras Maret mencapai 3,4 juta ton.
Syahrul mengatakan, panen raya Maret dipastikan sesuai jadwal. Ia pun optimistis produksi bakal lebih tinggi sehingga peroleh surplus melampaui proyeksi BPS.
"Maret itu kita sudah panen besar, oleh karena itu Insya Allah Ramadhan dan Idul Fitri kita aman," kata Syahrul di Bogor, akhir pekan lalu.