EKBIS.CO, BANDARLAMPUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung melakukan hilirisasi produk rajungan guna meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di daerahnya.
"Sekarang konsepnya ke arah ekonomi biru jadi tidak ada sampah dan semua bisa dimanfaatkan dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan," ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung Liza Derni, di Bandarlampung, Selasa (21/2/2023).
Ia mengatakan dengan adanya konsep tersebut, maka hilirisasi produk rajungan akan terus dilakukan guna meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Saat ini hilirisasi produk rajungan Lampung sudah mulai banyak tidak hanya bahan mentah, dimana para istri nelayan rajungan sudah mulai membuat ragam produk seperti kerupuk rajungan," katanya.
Dia menjelaskan beragam nilai tambah telah diberikan pada setiap produk perikanan utamanya rajungan di daerahnya. Salah satunya dengan menerapkan penangkapan berkelanjutan dan ramah lingkungan guna menarik minat konsumen.
"Jadi hilirisasi produk rajungan ini dilakukan pengawasan dari hilir sampai hulu, dimana produk dari penangkapan harus ramah lingkungan selanjutnya saat mematikan rajungan hingga hendak di olah harus sesuai ketentuan sehingga produk tetap bermutu dan berkualitas ini jadi nilai tambah produk juga," tambahnya.
Tanggapan atas hilirisasi produk tersebut juga dikatakan oleh salah seorang perwakilan istri nelayan pengelola produk rajungan asal Lampung Timur Ningtati.
"Harga rajungan saat ini Rp 70 ribu per kilogram, selain di jual bentuk mentah, sudah dibuat juga produk turunan seperti kerupuk rajungan, stik keju rajungan, dan akar kelapa rajungan," kata Ningtati.
Menurut dia dengan dibuatnya produk turunan tersebut para keluarga nelayan bisa mendapatkan pendapatan tambahan untuk mendukung perekonomian keluarga.
"Produk ini dijual Rp 15 ribu per bungkus dipasarkan baru di sekitar Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur dan di bazar yang dilaksanakan oleh dinas provinsi atau kabupaten. Jadi melalui produk ini kita bisa dapat uang tambahan untuk keluarga," katanya.
Ia mengatakan cara pembuatan produk itu tetap dilakukan layaknya produk biasa, namun memiliki keistimewaan dimana di produk tersebut ditambah dengan daging atau lemak rajungan hasil tangkapan para nelayan.
"Rajungan kita pakai hasil tangkapan suami atau nelayan tetangga, untuk pembuatan kerupuk sama seperti yang biasa hanya yang membedakan ditambah daging rajungan saja, dan sekali produksi bisa sekitar 50-100 bungkus," ucap dia lagi.