EKBIS.CO, JAKARTA -- PT MRT Jakarta (Perseroda) menargetkan jalur MRT fase 2A Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Kota dapat beroperasi antara 2028 atau 2029.
"Ini kami terus berprogres, saya berharap ini 2028 atau 2029 itu selesai, sampai Kota itu sudah operasi," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat saat jumpa pers di Kantor MRT Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Adapun proyek fase 2A tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu contract package/paket kontrak (CP) 201 Bundaran HI-Harmoni, CP 202 Harmoni-Mangga Besar, dan CP 203 Mangga Besar-Kota.
"(Fase) 2A itu Bundaran HI sampai Kota sekarang sedang melakukan konstruksi. Bahkan Bundaran HI sampai dengan Harmoni itu mencapai 57 persen kemudian Harmoni sampai dengan Mangga Besar itu kurang lebih sekitar 27 persen, kemudian yang terakhir Mangga Besar sampai Kota itu kurang lebih sekitar sembilan persen," kata Tuhiyat.
Secara paralel, kata dia, MRT Jakarta nantinya juga bersiap untuk membangun jalur MRT fase 2B Kota-Ancol Barat.
Adapun pembangunan fase 2 MRT Jakarta membentang dari Bundaran HI sampai dengan Ancol Barat. Saat ini, proyek yang sedang digarap adalah fase 2A. Ia pun mengharapkan jalur Bundaran HI sampai dengan Ancol Barat dapat beroperasi pada 2032.
"Itu kami lakukan paralel sampai dengan Ancol selesai di sana. Harusnya tidak melebihi 2032," kata Tuhiyat.
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan soal rencana pembangunan jalur MRT fase 3 east-west yang membentang dari Cikarang (Jawa Barat) sampai dengan Balaraja (Banten).
"Kami akan coba timur-barat, timur baratnya itu terbagi dari Cikarang sampai Balaraja, Jawa Barat sampai Banten melewati DKI Jakarta ini panjangnya 84,1 kilometer," ungkap Tuhiyat.
Pembangunan itu nantinya dibagi menjadi dua fase, yakni fase 1 Kembangan-Medan Satria dan fase 2 Kembangan-Balaraja dan Medan Satria-Cikarang. Ia mengatakan pembangunannya akan dimulai dari fase 1 stage 1, yakni Tomang-Medan Satria.
"Kami akan coba bangun mengawali ini adalah fase pertama stage pertama Medan Satria-Tomang kurang lebih sekitar 24 kilometer, supervisi di bawah Kemenhub Ditjen Perkeretaapian. Kemudian financer-nya itu melibatkan JICA (Japan International Cooperation Agency) dan ADB (Asian Development Bank)," ucap Tuhiyat.