Senin 27 Feb 2023 20:09 WIB

Ekonom: Bapak Jangan Pelit Kasih Uang Belanja, Itu Tumbuhkan Ekonomi

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong peningkatan pendapatan masyarakat

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Pengunjung berbelanja di Festival Tjemilan TiJe di Halte TransJajarta Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (25/2/2023). Festival tersebut menyediakan beragam jajanan jadul serta makanan yang digelar mulai tanggal 23 Februari hingga 19 Maret sebagai upaya memberdayakan UMKM dengan memanfaatkan ruang publik sebagai sarana untuk berdagang.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung berbelanja di Festival Tjemilan TiJe di Halte TransJajarta Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (25/2/2023). Festival tersebut menyediakan beragam jajanan jadul serta makanan yang digelar mulai tanggal 23 Februari hingga 19 Maret sebagai upaya memberdayakan UMKM dengan memanfaatkan ruang publik sebagai sarana untuk berdagang.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, situasi perekonomian global masih mengalami tantangan sangat berat tahun ini. Hal itu terlihat dari kondisi ekonomi sejumlah negara, terutama berbagai negara maju.

Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai negara-negara di Asia termasuk Indonesia justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik.

Baca Juga

"Pertumbuhan ekonomi kita tahun lalu 5,3 persen, pertumbuhan ekonomi India 6,5 persen, Filipina tujuh persen, vietnam 6,5 persen. Makanya yang saya bilang, yang alami resesi ekonomi itu negara maju seperti Amerika, Kanada, Inggris, negara G7 atau negara-negara Eropa lain,” kata Ryan dalam Inabanks - Focus Group Discussion (FGD) 2023: “Penerapan Prinsip Prudential Banking dalam Penyaluaran Kredit Bank BUMN”, yang berlangsung secara daring, Senin (27/2/2023).

Salah satu penyebab tumbuhnya perekonomian adalah produk domestik bruto (PDB) pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 51,87 persen. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong peningkatan pendapatan masyarakat yang setidaknya ditunjukkan oleh kenaikan pajak karyawan atau PPh Pasal 21 tumbuh 18,36 persen.

"Makanya saya saran bapak-bapak jangan pelit kasih uang belanja. Karena itu penyebab PDB naik," ujarnya.

Ia pun menyarankan jika ingin tumbuh menjadi negara industti, Indonesia harus meningkatkan investasi. Hal ini lantaran untuk menjadi negara butuh investasi baik PMA atau PMN agar jadi tulang punggung Indonesia.

"Presiden dan Menkeu memang memberi early warning. Kita memang perlu diingatkan kondisi ekonomi yang cukup bagus, tetapi tidak boleh jumawa, harus tetap waspada. Jadi optimis dan waspada," sarannya.

Sebelumnya, Sri Mulyani mengatakan, suasana dunia masih dalam kondisi tertekan perekonomiannya. Hal tersebut utamanya dimotori oleh negara-negara Eropa yang terkena imbas lansung dari Perang Ukraina.

"AS yang juga terlibat perang di Ukraina, namun juga pada saat sama inflasi di dalam negerinya tinggi. Sementara Tiongkok sebagai negara dengan perekonomian terbesar mengalami pemulihan sesudah adanya pembukaan dari kebijakan lockdown-nya," ujar Sri Mulyani.

Dirinya menambahkan, pertumbuhan ekonomi di berbagai negara pada 2022 lebih rendah dibandingkan 2021. Maka Indonesia yang mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen relatif baik atau sangat baik dibandingkan negara-negara Asean dan G20.

"Ini sebuah prestasi dan menjadi landasan kita bisa optimis. Itu karena pemerintah dari sisi perekonomian menunjukkan adanya resiliensi dan momentum pemulihan ekonomi sangat kuat," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement