EKBIS.CO, JAKARTA -- Gaji kurang memadai jadi salah satu alasan diaspora Indonesia enggan pulang kampung ke Tanah Air. Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengakui hal tersebut saat meminta mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di luar negeri nanti pulang untuk mengabdi bagi kemajuan Indonesia.
"Pemerintah mengharap kalau bisa itu, ya tentu, pemerintah berharap kalau sudah selesai (belajar) pulang ke Indonesia untuk mengabdi, tapi memang ya Indonesia belum bisa memberikan imbalan yang memadai," ujar Ma'ruf saat bertemu dengan diaspora Indonesia dalam acara Dialog Kebangsaan, di Peacock Westroom, Hotel Imperial, Osaka, Jepang, Senin malam (6/3/2023).
Meski demikian, Ma'ruf mengatakan masih banyak yang pulang dan tidak mengurangi keinginan para pelajar untuk mengabdi di Tanah Air. Ma'ruf berharap para pelajar Indonesia di luar negeri ini yang nantinya mengisi kebutuhan SDM yang terampil dan berkualitas di Indonesia.
"Karena (upah yang belum memadai) ini yang banyak (membuat WNI) masih belum mau pulang baik karena ingin bekerja atau ingin lebih menambah lagi ilmu pengetahuannya," ujarnya.
Ma’ruf mengatakan, saat ini Indonesia membutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM) terampil dan berkualitas. Hal ini untuk mewujudkan berbagai program kemajuan Indonesia.
Mulai dari hilirisasi produk Indonesia yang kini menjadi target Pemerintah, yaitu tidak hanya diekspor dalam kondisi barang mentah tetapi barang jadi. Ini penting agar Indonesia bisa keluar dari jebakan negara dengan berpendapatan rendah menjadi berpendapatan tinggi.
"Saya kira memerlukan tenaga-tenaga yang terampil. Kita juga ingin menjadi negara yang tidak low income terus tetapi menjadi negara high income. Itu kuncinya sumber daya manusia yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi," tambahnya.
Ma'ruf melanjutkan, jika tidak dapat pulang ke Tanah Air, masyarakat Indonesia di luar negeri tetap dapat berkontribusi bagi negaranya dalam bentuk pemikiran-pemikiran. Karena itu, ini juga yang diharapkan Ma'ruf kepada mahasiswa Indonesia agar memberi sumbangan pemikiran guna kemajuan bangsa.
"Andaikata pun tidak pulang tidak masalah tapi kontribusinya, pemikiran-pemikirannya bisa diberikan. Saya kira persatuan pelajar Indonesia di Jepang bisa melihat mana tenaga-tenaga yang ada di jepang yang bisa disumbangkan kepada pemerintah utk kemajuan bangsa ini," katanya.
Menurutnya, sumbangan pemikiran ini amat berguna untuk mewujudkan Indonesia emas 2045 mendatang. Apalagi waktu tersisa tinggal 20 tahun lagi. Karena itu, dia berharap masyarakat Indonesia di luar negeri dapat memantau apa yang sedang dikembangkan di tanah airnya.
"Jadi Ini perlu ada gagasan-gagasan pikiran pikiran yang cerdas saya kira. Itu adanya pada anak-anak kita yang ada di luar negeri yang sedang memperoleh (pendidikan) standar di Jepang termasuk negara maju dan mungkin di negara-negara lain," kata Ma'ruf.