EKBIS.CO, SURABAYA -- Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi mengatakan, Gapki itu terus mengembangkan diplomasi dan komunikasi internasional untuk menghadapi tantangan masa depan.
Tofan dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/3/2023), menyebutkan, salah satu tantangan yang paling mencolok adalah sikap dan perlakuan beberapa negara Eropa yang dinilai tidak adil terkait dengan perdagangan internasional. "Aspek komunikasi keluar negeri harus didukung aktivitas diplomasi yang kuat," kata Tofan.
Menurut Tofan, pemberitaan sawit di dalam negeri sudah jauh lebih baik dibandingkan 10 tahun lalu. Berita negatif sawit di dalam negeri jauh berkurang dan kecenderungan ke arah berita positif semakin tinggi.
Kondisi ini, sambung Tofan, tidak lepas dari aktivitas komunikasi yang dijalankan Gapki dalam 10 tahun terakhir. "Tantangan besar kita sekarang justru bagaimana memberikan pemahaman yang lebih baik untuk masyarakat internasional. Karena itu, aspek diplomasi luar negeri harus ditingkatkan agar memberikan dampak yang lebih baik," ujarnya.
Selain itu, mempertahankan komunikasi positif yang sudah dijalankan oleh Gapki, sekarang adalah keharusan. Bahkan kalau perlu ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi karena kontribusi industri sawit terhadap devisa negara sangat signifikan.
"Sekarang bagaimana dampak berita positif di dalam negeri ini juga terjadi di tingkat internasional," ujarnya.
Tofan menilai sekarang saatnya diplomasi diperkuat dengan dukungan diplomasi dan komunikasi luar negeri yang lebih efektif.b"Kalau persepsi positif dari dunia internasional kita dapatkan, dampaknya terhadap industri sawit dalam negeri akan signifikan," kata dia.
Dia pun berharap Musyawarah Nasional (Munas) Gapki pada 8-11 Maret 2023 di Bali dapat merumuskan strategi diplomasi dan komunikasi internasional yang lebih efektif. Munas Gapkivdiharapkan menghasilkan yang terbaik untuk kontribusi yang lebih besar bagi bangsa dan negara.