EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, industri furnitur menjadi salah satu sektor padat karya penopang kemajuan ekspor Tanah Air. Ia menyebutkan, industri furnitur Indonesia memiliki pesaing kuat seperti China dan Vietnam.
"Jangan kalah dengan mereka. Sky is the limit untuk industri ini yang merupakan penghasil devisa (bagi Indonesia),” ujar Airlangga lewat siaran pers, Jumat (10/3/2023).
Dia melanjutkan, industri furnitur menghadapi beberapa tantangan terkait ketersediaan bahan baku, inovasi desain produk, kreasi kesesuaian selera pasar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta pemanfaatan teknologi tepat guna terutama terkait kelestarian lingkungan. Menurutnya, berbagai masalah tersebut harus diselesaikan dengan melibatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Kita rapatkan lagi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) diminta oleh Uni Eropa, apalagi sekarang berdasarkan aturan yang berlaku di Eropa untuk seluruh produk berbasis hutan, baik kelapa sawit, furnitur, kopi, dan lain-lain, semuanya dikejar jejaknya bahwa mereka tidak ingin ini berasal dari hutan ilegal," ujarnya.
Guna mencari solusi itu, kata dia, sudah dirapatkan pula dengan Presiden Joko Widodo. Jadi SVLK ditanggung pemerintah, terutama bagi UMKM, dan anggarannya di KLHK. Baginya, SVLK boleh saja diterapkan. Asal tidak membebani pengusaha.
Selain furnitur living, dining, dan craft, ia melanjutkan, ada satu lagi produk industri yang bisa ditarik ke dalam negeri yaitu bed and sheet. Itu karena, akan mendukung industri tekstil nasional, apalagi industri perhotelan mulai bangkit kembali sehingga potensinya sangat besar.
“Tentunya pemerintah mendorong Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang diharapkan tahun ini selesai, lalu juga Indo-Pacific Economic Framework (IPEF). Termasuk dengan Amerika Serikat, targetnya agar rantai pasok industri furnitur dapat terus berjalan,” tutur Airlangga.
Disebutkan, kini industri furnitur mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 143 ribu lebih. Sementara jumlah perusahaan yang tergabung mencapai 1.114 ribu unit.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) industri furnitur memiliki pencapaian gemilang pada 2021 sebesar 8,16 persen dan pada 2022 sebesar 0,21 persen diiringi rata rata utilisasi yang cenderung stabil. Data terakhir pada Desember 2022 mencatatkan utilisasi industri furnitur berada di angka 74,16 persen.
Industri furnitur memiliki potensi pasar mencapai sekitar 500 miliar dolar AS. Sedangkan proyeksi potensinya berdasarkan World Furniture Account Federation mencapai kurang lebih 700 miliar dolar AS, pertumbuhannya berkisar enam persen hingga 10 persen.
Sepanjang lima tahun terakhir, kinerja ekspor industri furnitur Indonesia terus meningkat hingga 77,9 persen. Nilai ekspor furnitur pada 2021 mencapai 2,8 miliar dolar AS atau naik sebesar 33 persen dibandingkan 2020. Sedangkan pada 2022, ekspor industri furnitur kayu dan rotan terpantau cukup stabil di 2,9 miliar dolar AS.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri furnitur sebesar 5 miliar dolar AS pada 2024, sehingga perlu dilakukan beberapa langkah strategis seperti peningkatan ekspor dan substitusi impor. Eiharapkan juga lebih banyak produk furnitur yang dijual di platform e-commerce Indonesia.